Site icon Universitas Diponegoro

UNDIP Siap Menuju 500 Besar World Class University

Prof. Dr. Yos Johan Utama, SH., M.Hum resmi menjadi Rektor Universitas Diponegoro (Undip) untuk kedua kalinya (periode 2019-2024), setelah dilantik oleh Ketua Majelis Wali Amanat (MWA) Undip, Prof Muliaman Dharmansyah Hadad, SE, MPA, PhD. Proses pelantikan Rektor dalam sidang terbuka MWA Undip pada hari Senin (29/4/2019) adalah kali pertama sejak Undip berstatus sebagai Perguruan Tinggi Negeri-Badan Hukum (PTNBH) sejak bulan Oktober 2014. Sebelumnya, saat status Undip masih berstatus sebagai Badan Layanan Umum (BLU), pelantikan Rektor dilakukan oleh Menteri Riset dan Tehnologi.

Ketua panitia pelantikan, Prof. Dr. Ir. Bambang Purwanggono, M.Eng. menyampaikan bahwa pengangkatan dan pelantikan rektor merupakan bagian akhir dari rangkaian proses pemilihan rektor yang panjang. Dia menjelaskan, tata cara pemilihan dan pemberhentian rektor universitas diponegoro melalui beberapa proses yakni Persiapan (dimulai sejak 13 September 2018); Penjaringan Bakal Calon Rektor; Penyaringan Calon Rektor; Pemilihan Rektor dan Pengangkatan dan Pelantikan Rektor Terpilih. “Pengucapan sumpah dan pelantikan Rektor dalam Sidang Terbuka Majelis Wali Amanat ini mengacu kepada peraturan tentang pengambilan sumpah jabatan Aparatur Sipil Negara dan Tata Cara yang lazim dilakukan oleh beberapa PTN-BH lain,” tukas Guru Besar Tehnik Kimia Undip.

Menristekdikti Prof. Muhamad Nasir, PhD, dalam sambutannya menegaskan bahwa saat ini Undip termasuk 11 perguruan tinggi besar yang masuk dalam PTNBH. Dari 11 PTNBH baru UI, ITB dan UGM yang masuk 500 besar World Class University (WCU). “Undip saya dorong bisa masuk menjadi 500 besar World Class University (WCU) bersama dengan ITS, Airlangga dan IPB. Sementara UI, UGM dan ITB juga saya dorong masuk 200 besar  World Class University (WCU)” tukas Nasir. Oleh karenanya, tantangan Rektor Undip kedepan makin berat untuk mewujudkan itu, tetapi Nasir meyakini Undip pasti bisa mewujudkan. Salah satu strategi yang harus dilakukan yaitu staff mobility, yakni berkolaborasi dosen asing dengan dosen dalam negeri atau dosen dalam negeri ke luar negeri, yang out put-nya menghasilkan research innovative yang banyak dan masif. Menurutnya tidak mungkin bisa menembus ranking tinggi di WCU jika tidak ada kolaborasi dengan dosen luar negeri. Nasir mencontohkan ada Universitas di Arab Saudi yang kini sudah masuk ranking 189 WCU, salah satunya berkat model mobilisasi staf. Strategi kedua dilakukan melalui student mobility, yakni masuknya mahasiswa-mahasiswa asing ke Indonesia untuk memotivasi dalam pembelajaran dan research. “ Untuk tujuan ini, kami sudah mengajukan ke Presiden dan disediakan dana pengembangan pendidikan tinggi menuju kelas dunia. Termasuk juga mahasiswa asing yang datang ke Indonesia kita siapkan visa student, free tax zone, dan tinggal kita koordinasi dengan menteri tenaga kerja dan kemenkumham” jelas M.Nasir.

M.Nasir juga mengingatkan pada rektor tentang perlunya kolaborasi dengan pemerintah dan pengusaha. Dia mencontohkan di jawa tengah sebagai lumbungnya garam. Namun ironisnya 100% garam industri masih impor. Ini tantangan bagi ilmuwan Undip untuk memproduksi garam industri secara lebih baik dan besar-besaran sehingga memenuhi kebutuhan industri dalam negeri dan masyarakat. Demikian pula dibidang kesehatan, Nasir juga menyebutkan bahan baku obat, biodiversity masih rendah, dimana 92% masih import. “saya mendorong agar ilmuwan Undip tertantang untuk meningkatkan dan memenuhi kebutuhan masyarakat sebagai kontribusi pada pemerintah, khususnya jawa tengah ” tukasnya.

Menanggapi hal tersebut, Prof. Dr. Yos Johan Utama, SH., M.Hum dalam pidato pelantikannya menyampaikan bahwa dirinya akan berupaya agar Undip masuk dalam 500 besar World Class University (WCU). “Ke depan kita akan mengupayakan beberapa hal untuk menggenjot agar dapat masuk dalam 500 world class university, yaitu perbaikan infrastruktur, penataan sistem, serta memperkuat perencanaan dan kebijakan yang matang guna mewujudkan tujuan itu,” tutur Prof Yos. Meski demikian Rektor tetap berkomitmen untuk membantu dan memberi kesempatan pada masyarakat yang cerdas namun kurang beruntung secara ekonomi. “regulasi kan menetapkan 20% harus menerima golongan tidak mampu, saat ini undip sudah menerima kisaran 30% mahasiswa yang kurang mampu secara ekononomi. Mereka kan terdiri dari bidik misi juga mereka yang benar-benar tidak mampu bayar, tetapi punya kelebihan. Ini bisa kita bebaskan berdasarkan kebijakan rektor” pungkas guru besar Tata Negara Undip.

Pelantikan yang digelar di gedung Prof Sudarso kampus Undip Tembalang kemarin dihadiri oleh sejumlah tamu penting kolega Undip, antara lain Menristekdikti Muhamad Nasir, Gubernur Jateng Ganjar Pranowo, Kapolda Jateng, Irjen Pol Condro Kirono, Panglima Kodam VII Diponegoro, Anggota Komisi X DPR-RI, Ketua DPRD Propinsi Jawa Tengah, Ketua Dewan Pengawas RRI, Kepala  LPP RRI, serta Pimpinan PTN dan PTS se-Jawa Tengah dan civitas akademika Undip. (ND-humas)

 

Share this :
Exit mobile version