Site icon Universitas Diponegoro

Mahasiswa Undip Menciptakan Inovasi Baru Pupuk Organik Ramah Lingkungan Berbentuk Pelet Dengan Memanfaatkan Eceng Gondok Dan Kotoran Burung Walet

Tiga mahasiswa Fakultas Peternakan dan Pertanian, Universitas Diponegoro Rissa Tri Ismayanti, Hana Septiaswin dan Bagus Yulianto yang dibimbing oleh dosen pembimbing Dr. Ir. Eny Fuskhah, M.Si. berhasil menciptakan pupuk organik padat berbentuk pelet yang dapat meningkatkan kesuburan tanah dan sebagai upaya perlindungan tanaman.

TRIWAGO ciptaan mereka memiliki beberapa keunggulan yaitu mudah disimpan, mudah didistribusikan, mudah diaplikasikan ke tanaman, campuran komposisi pupuk yang homogen serta mampu melepaskan unsur hara makro dan mikro secara perlahan dan berkelanjutan, sehingga meminimalisir kehilangan unsur hara akibat proses leaching. TRIWAGO ini telah diuji pada tanaman pakcoy yang banyak dibudidayakan di Indonesia. Pemilihan tanaman pakcoy ini dilatarbelakangi oleh produktivitas pakcoy yang mengalami penurunan selama enam tahun terakhir dikarenakan menurunnya kualitas tanah akibat pemupukan anorganik secara terus menerus dan serangan hama penyakit.

Salah satu solusi untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah melakukan pemupukan dan penggunaan pestisida. Penggunaan pupuk dan pestisida yang biasa digunakan adalah pupuk dan pestisida anorganik yang memiliki efek samping tidak ramah lingkungan dan harganya mahal. Oleh karena itu, pupuk yang dianjurkan adalah pupuk organik dengan memanfaatkan bahan-bahan alami karena dapat memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah serta ramah lingkungan.

TRIWAGO terbuat dari kotoran walet dan eceng gondok yang diperkaya dengan cendawan Trichoderma harzianum. Bahan-bahan tersebut dipilih karena eceng gondok memilki kandungan unsur hara yang potensial untuk dijadikan bahan pembuatan pupuk organik, kotoran walet mengandung unsur hara Nitrogen yang jauh lebih tinggi jika dibandingkan dengan kotoran ternak lainya seperti pupuk kandang sapi, kandang ayam dan pupuk kandang kambing yakni sebesar 11%. Trichodermadipilih karena dapat mempercepat proses dekomposisi bahan dan sebagai agen hayati pengendalian patogen tanaman

“Selain karena potensi kandungan hara dalam bahan-bahan tersebut, pertimbangan kami dalam pemilihan bahan tersebut karena eceng gondok merupakan  salah  satu  gulma  air  yang keberadaannya sangat melimpah sehingga menyebabkan terganggunya ekosistem perairan. Disisi lain terdapat kotoran burung walet juga belum maksimal pemanfaatannya oleh para penangkar burung walet khususnya di daerah luar Pulau Jawa” kata Rissa Tri Ismayanti, mahasiswi Argoekoteknologi selaku tim dari penelitian ini.

Berdasarkan Hasil penelitian yang dilakukan, pupuk TRIWAGO memiliki kadar unsur hara yang telah sesuai dengan Standar Kualitas Kompos SNI 19-70302004 dan Standar Permentan No.70/Permentan/SR.140/10/2011. Didapatkan dosis rekomendasi TRIWAGO yang tepat yaitu 150 kg N TRIWAGO/ha yang menunjukkanbahwa dengan perlakuan dosis tersebut mampu memberikan respon setara dengan pemberian pupuk anorganik rekomendasi dan mampu meningkatkan tinggi tanaman sebesar 34%, jumlah daun sebesar 45,79% dan luas daun sebesar 35,98% dibandingkan tanpa menggunakan pupuk.  Pupuk TRIWAGO dapat direkomendasikan pada masyarakat khususnya petani karena ramah lingkungan, kandungan unsur hara yang kompleks, praktis, bahan utama pembuatan pupuk mudah didapatkan dan telah sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh SNI dan Permentan, sehingga memungkinkan untuk  dijual di pasaran.

Share this :
Exit mobile version