Kedelai, Jagung, Gula, dan Daging adalah komoditas yang menjadi fokus pemerintah untuk terus digenjot produksinya. Pasalnya produksi kedelai dalam negeri masih tidak bisa mengimbangi permintaan kedelai di pasaran. Produksi yang relatif stagnan dari tahun ke tahun menyebabkan impor kedelai menjadi tidak terkendali.

Fakultas Peternakan dan Pertanian (FPP) Universitas Diponegoro berupaya untuk memasyarakatkan kedelai Grobogan Non GMO dengan menggandeng Pemkab. Grobogan dan PUSRI dengan tujuan bersama guna mensejahterakan petani dengan varietas lokal yang dimiliki. Keunggulan kedelai Grobogan sebagai salah satu varietas lokal unggulan harus dikenalkan terlebih dahulu kepada masyarakat, tahap penyadaran ini memerlukan dukungan banyak pihak, utamanya pemerintah dan semua pihak mulai dari hulu hingga pasca panen agar tujuan bisa tercapai.

Menurut Dekan FPP, Dr. Ir. Bambang Waluyo H.E.P., M.S., M.Agr., saat ini Jawa Tengah adalah daerah penghasil kedelai terbesar ke-3 se-Indonesia. Jawa Tengah memiliki varietas super dari Grobogan yang harus digaungkan, sudah saatnya varietas asli menjadi raja di negara sendiri. “Jika ingin tujuan tercapai tentu harus ada rasa nasionalisme untuk mencintai varietas dalam negeri yang diproduksi oleh petani lokal, tidak hanya dari petani, tetapi juga dari sisi konsumen, selain itu perlu adanya pengembangan teknologi produksi kedelai lokal agar bisa bersaing dengan kedelai-kedelai transgenik” tuturnya.

 

Share this :