SEMARANG – Untuk menangkal berkembangnya paham radikalisme di lingkungan lembaga pendidikan tinggi, Universitas Diponegoro (UNDIP) melakukan Program Penguatan Ideologi Kebangsaan bagi seluruh civitas akademika. Program untuk mengantisipasi embrio paparan radikalisme dan sikap intoleransi itu sudah dilakukan Kampus Diponegoro sejak tahun 2011.

Rektor Undip Prof Dr Yos Johan Utama SH MHum, mengatakan hal itu saat membuka Kuliah Umum bertema Penguatan Ideologi Kebangsaan Bagi Pimpinan Universitas Diponegoro. Tampil sebagai pembicara pada kuliah umum ini,  Direktur Pencegahan BNPT (Badan Nasional Penanggulangan Terorisme) periode 2017-2020, Irjen Pol (Purn) Ir  H Hamli ME yang memaparkan “Wawasan Kebangsaan: Membangun Generasi Emas 2045”, dan psikolog senior Undip Dr Hastaning Sakti MKes Psi yang membawakan materi “Transpersonal Psychology untuk Penguatan Ideologi Kebangsaan”.

“Kuliah umum ini sangat penting untuk kembali memberikan pencerahan untuk kita memilih melawan radikalisme. Pencerahan ini harus diterapkan secara benar dan soft untuk satu tujuan kita setia terhadap NKRI, Pancasila, UUD 45 dan Bhineka Tunggal Ika,” kata Rektor dalam sambutannya dalam di acara yang digelar secara daring, Rabu (11/11/2020).

Menurut Rektor Undip, pilihan cara melawan radikalisme secara soft dengan menanamkan kecintaan serta kesetiaan terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia, Pancasila, UUD 45 dan Bhineka Tunggal Ika, bukan hal baru. Langkah tersebut sudah dilakukan sejak tahun 2011.

Yang pasti, Kampus Diponegoro sangat peduli terhadap ancaman paham radikalisme di lingkungan kampus. Memang, kata Yos, upaya itu tidak mudah. Dicontohkannhya untuk memberhentikan satu staf yang bermasalah prosesnya sangat panjang. Namun Undip tidak mau diam dan memilih melawan dengan cara yang bisa dipertanggung jawabkan.

Pilihan itu adalah melakukannya secara hukum, tentunya dengan strategi-strategi hukum yang benar yang menuntut kelengkapan bukti. Kurang satu saja, bisa menjadi masalah hukum bagi lembaga. “Kalau hanya gembar-gembor kita ganyang radikalisme, gampang saja karena tidak ada konsekuensi hukumnya,” ujar Yos Johan.

Sementara itu Direktur Pencegahan BNPT, Ir  H Hamli ME, mengungkapkan untuk membangun generasi emas 2045 diperlukan bekal keterampilan abad 21 yang mencakup tiga hal, yaitu kualitas karakter, literasi dasar dan kompetensi. “Untuk literasi dasar dan kompetensi, saya percaya bapak ibu semua sudah mencukupi,” kata Hamli.

Dia merinci, kualitas karakter yang dimaksud meliputi religiositas, nasionalisme, kemandirian, gotong royong dan integritas. Sedangkan literasi dasar meliputi literasi bahasa, numerasi, sains, digital, finansial serta literasi budaya dan kewarganegaraan. Adapun kompetensi yang diperlukan untuk membangun generasi emas terdiri dari kemampuan berpikir kritis, kreativitas, kemampuan komunikasi dan kolaborasi.

Berkait dengan kualitas karakter, religiositas dan nasionalisme harus diberikan bersama-sama. Penekanan terhadap nasionalisme yang berlebihan bisa membuat orang terlalu kekiri-kirian, tidak memiliki agama, sekuler. Sebaliknya, jika hanya dikaji religiositas tanpa nasionalisme, orang akan cenderung berkeinginan merubah NKRI menjadi bentuk-bentuk yang lain. Karena itu menjadi penting religiositas dan nasionalisme diberikan bersama-sama.

Saat ini ada 4 hal besar yang mengancam NKRI, yakni: Korupsi, Narkotika, Terorisme, Bencana Alam. Korupsi ditangani Polri, Kejagung, KPK dan kelembagaan lainnya. Isu korpsi sering dipakai kelompok-kelompok sebagai dalih untuk mengganti NKRI supaya penindakan hukumnya lebih gampang sehingga korupsi tidak ada lagi. Kejahatan narkotika yang ditangani Polri dan BNN  tidak banyak resistensi dari masyarakat. Berbeda jika yang ditangkap adalah teroris, sering memicu kelompok-kelompok tertentu untuk bersuara dan bahkan bisa menimbulkan gejolak.

Psikolog Dr Hastaning Sakti MKes Psi, mengatakan pendidikan karakter bagi mahasiswa baru Undip ssudah dilakukan sejak tahun 2011. Dalam pendidikan karakter diajarkan bagaimana mahasiswa memiliki kompetensi, ada learning skill yakni amanah dan cerdas. Ketika mengajarkan thinking skill bagaimana bisa kompetensinya bagus, maka organisatorisnya juga harus cerdas, disitulah leadership skills nasionalisme juga diajarkan. Living skill juga diajarkan, kemudian moral dan etika menjadi manusia yang regilius.

“Hasil yang diharapkan adalah menjadikan mahasiswa yang memiliki karakter sesuai tageline Undip yakni Jujur,Adil,Berani dan Peduli,” tukasnya.

Share this :