SEMARANG – Program Studi (Prodi) Magister Ilmu Susastra Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Diponegoro (UNDIP) mengajak guru besar Hankuk University of Foreign Studies (HUFS) Korea Selatan, Prof Koh Young Hun PhD, membedah karya-karya sastra Pramoedya Ananta Toer dalam suatu diskusi yang digelar secara daring pada Jumat (28/5/2021). Dalam acara yang sejatinya merupakan kuliah umum itu, selain Prof Young Hun ada dua pengajar Magister Ilmu Susastra Undip yang menjadi narasumber, yakni Dr Rediyanto Noer MHum dan Dr Sukarjo Waluyo MHum.

Ketua Prodi Magister Ilmu Susastra FIB Undip, Dr M Suryadi MHum,  mengatakan dipilihnya tema ini karena Pramoedya merupakan salah satu penulis yang muncul hanya sekali dalam satu abad. Sosok Pram dipandang sebagai sastrawan yang fenomenal, produktif dan berkarakter.

Menurut Suryadi, Pram adalah salah satu pengarang yang produktif dalam sejarah sastra Indonesia, dengan karya-karyanya juga sudah diterjemahkan dalam banyak bahasa asing. Sedikitnya 50 karya sastra yang dihasilkan Pram, dan sebagian sudah diterjemahkan kedalam 42 bahasa asing.

Adapun diundangnya Prof Koh Young Hun karena yang bersangkutan banyak melakukan kajian terhadap karya-karya Pramodya Ananta Toer. Young Hun adalah seorang indonesianis berkebangsaan Korea Selatan yang memiliki spesialisasi sastra. Dia kini mengajar di Program Studi Melayu-Indonesia di Hankuk University of Foreign Studies (HUFS) yang berpusat di Seoul Korea Selatan.

Kiprah Prof Young Hun di antaranya menulis buku Kumpulan Cerpen Korea “Laut dan Kupu-Kupu” bersama pegiat sastra Indonesia, Hamsad Rangkuti dan Tommy Christommy . Karya tersebut pada tahun 2007 diterbitkan oleh Gramedia Pustaka Utama. Hun bersama Maman S. Mahayana juga menulis sebuah biografi dan analisis atas karya-karya Pram yang diberi tajuk “Pramoedya Menggugat: Melacak Jejak Indonesia”.

Suryadi mengungkapkan ketenaran Pram dalam dunia sastra tidak perlu diragukan. Dia mengutip pakar sastra dan budaya Indonesia asal Belanda, AA Teeuw, yang mengatakan bahwa Pramoedya merupakan salah satu penulis yang muncul hanya sekali dalam satu abad. ‘’Saya yakin, pendapat itu tidak hendak melebih-lebihkan. Pramoedya adalah novelis yang tidak hanya mewakili Indonesia, melainkan juga kawasan Asia,” dia menambahkan.

Mengenai kehadiran guru besar HUFS Korea ini, Suryadi menyatakan Hankuk adalah universitas riset yang cukup bergengsi. Yang menarik, universitas swasta yang ada di Kota Seoul tersebut saat ini mengajarkan 45 bahasa asing. Memang studi yang ada tidak hanya humaniora, tapi juga hukum, ilmu kedokteran, ilmu alam, dan teknik. Tapi kelengkapan program pengajaran bahasa asing di Hankuk harus diakui sebagai keistimewaan.

Adapun narasumber lainnya yakni Dr Redyanto Noor MHum adalah pakar sosiologi sastra di Magister Ilmu Susastra FIB Undip. Sedangkan Dr Sukarjo Waluyo MHum yang juga pengajar di FIB dikenal sebagai peneliti budaya lokal yang handal. Dengan menampilkan mereka dalam satu forum diharapkan peserta kuliah dan diskusi “Karya-Karya Pramoedya Ananta Toer: Antara Isu Lokal dan Global” peserta bisa mendapatkan gambaran yang komprehensif dan poin-poin yang penting untuk diketahui.

Kuliah umum yang dikemas dalam format diskusi dan akan berlangsung dari pukul 13.00-16.00 WIB ini bakal menarik. Karena ruang terbatas, peserta yang berminat bisa segera mendaftar ke link yang tersedia secara online. (tim humas)

Share this :