SEMARANG – Dekan Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Diponegoro (UNDIP), Prof. Dr. dr. Dwi Pudjonarko, M.Kes, Sp.S(K), mengatakan FK Undip ikut serta di garda depan menangani dan mengatasi pandemi Covid-19 yang makin masif dengan menerjunkan para dosen dan mahasiswanya sesuai kompetensi dan keahliannya.

Dwi Pudjonarko mengatakan selama pandemi ini, banyak yang dilakukan FK Undip. ‘’Kami memang  tidak bisa bekerja sendiri, namun juga berkolaborasi dengan dinas terkait dalam pencegahan dan upaya penaggulangannya,’’ kata Pudjonarko dalam dialog dengan wartawan yang digelar secara daring, Sabtu (3/7/2021). Narasumber pada dialog tersebut selain Dekan FK juga ada ahli penyakit dalam yang juga epidemolog Prof Suharyo, Ketua Satgas Covid-19 Undip serta beberapa peneliti.

FK Undip menurunkan sedikitnya 1.000 mahasiswa kedokteran juga ratusan dokter dan tenaga medis. ‘’Undip punya SDM andal, dari tenaga farmasi, dokter, keperawatan, epidemiologi, gizi, dan semuanya berjibaku membantu. Sedikitnya 50 bed, juga disediakan RSND untuk menampung pasien Covid-19.  Kami, bertugas baik itu di Rumah Sakit Nasional Diponegoro (RSND), RSUP dr Kariadi, maupun Rumah Sakit jejaring. Baik dosen maupun para mahasiswa kami sangat antusias dan peduli agar bisa membantu masyarakat. Dengan harapan, kesehatan pulih kembali,’’ tegas sosok yang akrab disapa Prof Onang.

Dia menambahkan, FK Undip memiliki beberapa program studi yang meliputi ilmu kedokteran, kedokteran gigi, farmasi, gizi dan keperawatan. Mereka dipersiapkan menjadi tenaga-tenaga kesehatan sesuai bidangnya. Karena itu, FK Undip juga membuat buku saku tentang pegetahuan Covid-19 dan protokol kesehatan yang disebarkan ke masyarakat untuk memutus mata rantai penyebaran Covid-19 karena edukasi publik diyakini ikut menentukan keberhasilan mengatasi wabah.

Jajaran FK Undip bahkan ada yang terjun langsung sebagai relawan sebagai bentuk pengabdian kepada masyarakat. Di samping itu, sejumlah penelitian dalam penanganan Covid-19 juga terus diintensifkan, diantaranya melalui kerja sama dengan RSND, RSUP dr Kariadi, PT Bio Farma, dan PT Nusantics melakukan penelitian screening Covid-19 dengan metode menggunakan saliva. Seperti diketahui, saliva adalah metode pendeteksi virus Corona dengan menggunakan sampel air liur.

Dokter Meita Hendrianingtyas tim ahli dari penelitian ini mengatakan, metode yang digunakan alat ini adalah alat uji untuk mendeteksi Covid-19 dengan metoda kumur (gargling). Metoda ini jauh lebih nyaman untuk mendeteksi virus Covid-19 dalam tubuh pasien dengan atau tanpa gejala.

Tim ahli lain yang masuk dalam peneltian tersebut, dokter Rebriarina Hapsari, mengatakan kemampuan saliva untuk mendeteksi Covid-19, dengan metode gargling sudah dilakukan sejak tahun lalu. Uji validasi dilakukan bersama-sama dan sejauh ini, sangat memuaskan hasilnya. ‘’Mudah pengecekan dan pengambilan sampelnya,’’ tutur Hapsari.

Melansir dari laman resmi biofarma.co.id, Bio Saliva ini merupakan pelengkap dari produk sebelumnya yaitu mBioCov19 yang juga dikembangkan oleh Nusantics. Proses pengembangan produk ini melibatkan 400 lebih sampel dari pasien positif Covid-19, baik pasien rawat jalan, maupun rawat inap dan riset validasi selama 7 bulan. Uji validasi telah selesai dilakukan bersama-sama dengan Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro, Rumah Sakit Nasional Diponegoro (RSND) dan Rumah Sakit Dokter Kariadi (RSDK). Biosaliva telah mendapatkan izin edar dari Kementerian Kesehatan pada 1 April 2021 dengan Nomor KEMENKES RI AKD 10302120673. (tim humas)

 

Share this :