Site icon Universitas Diponegoro

Persiapkan Lulusan Hadapi Era Digital, FPP UNDIP Terus Perbaharui Materi Kuliah IoT

SEMARANG – Fakultas Peternakan dan Pertanian (FPP) Universitas Diponegoro (UNDIP) terus berupaya memperbaharui materi kuliah IoT (Internet of Things) yang diberikan kepada mahasiswa di semua program studi (Prodi) sebagai bekal bagi lulusannya menghadapi era digital. Pembaharuan materi tidak hanya menyangkut konten dari materi kuliah, tapi juga metode, cara pencapaian dan cakupan materinya.

Dekan FPP Undip, Prof. Dr. Ir. Bambang Waluyo Hadi Eko Prasetiyono, MS, M.Agr., IPU.; mengatakan pemberian bekal Internet of Things di semua jenjang pendidikan adalah sebuah keniscayaan. “Semula Internet of Things sebenarnya hanya alat bantu saja. Namun kini kami melihatnya sebagai hal esensial yang harus dikuasai sebagai bekal di era industry 4.0,” kata sosok yang familiar disapa Prof Bambang WHEP ini, Rabu (14/7/2021).

Karena dianggap esensial, FPP Undip berupaya selalu memperbaharui materi kuliah IoT yang diselenggarakannya agar relevan dan mampu menjawab kebutuhan yang ada. Perkembangan yang ada, serta masukan dari para pemangku kepentingan menjadi pertimbangan penting dalam memperbaharui materi kuliah IoT di FPP Undip.

Yang pasti, kata Prof Bambang WHEP, pembaharuan juga harus mengedepankan konteks. Selain updating dalam kaitannya perkembangan teknologi internet dan aplikasi-aplikasi yang terkait; FPP juga berupanya menjaga relevansi IoT khususnya yang terkait dengan bidang keilmuan Peternakan dan Pertanian. “Relevansi dengan bidang ilmu tetap penting untuk menunjang penerapannya secara langsung dalam kegiatan praktikum sampai pada penelitian dan pembuatan karya ilmiah,” dia menambahkan.

Dia mencontohkan kandang closed house milik FPP Undip yang difungsikan sebagai unit usaha sekaligus laboratorium untuk praktek para mahasiswa dan para peneliti yang sudah dilengkapi dengan teknologi modern. Dalam sistem pengelolaannya pemanfaatan teknologi informasi menjadi bagian penting termasuk dalam teknis pengaturan suhu, pengaturan kelembaban dan pengaturan gas amnonia di kandang agar produktivitas yang diraih bisa maksimal.

Sebagaimana diketahui, pengetahuan internet dan teknologi informasi kini menjadi penting di semua sektor, sehingga lembaga pendidikan dari yang dasar sampai pendidikan tinggi merasa perlu membekali siswa dan mahasiswanya untuk menguasai dan memahaminya. Internet of things (IoT) sendiri adalah konsep dimana sebuah objek tertentu memiliki kemampuan untuk mengirimkan data lewat melalui jaringan dan tanpa adanya interaksi dari manusia ke manusia ataupun dari manusia ke perangkat komputer. IoT yang sering diidentifikasi dengan RFID (Radio Frequency Identification) sebagai metode komunikasi, mengalami perkembangan yang sangat cepat, mulai dari tingkat konvergensi teknologi nirkabel, microelectromechanical (MEMS), internet, dan QR (Quick Responses) Code.

Adapun unsur-unsur dalam IoT setidaknya meliputi kecerdasan buatan (Artificial Intelligence); konektivitas biasa disebut dengan hubungan koneksi antar jaringan; penggunaan perangkat yang ukurannya makin kecil dengan efektivitas dan daya hasil yang tinggi; adanya sensor baik untuk sensor cahaya, sensor suara maupun sensor pendeteksi lain;  serta peningkatan keterlibatan aktif peralatan atau mesin dalam menjalankan fungsinya.

Cakupannya yang makin luas dengan masuk ke teknologi berbasis sensor, seperti teknologi nirkabel, QR Code, membuat keberadaan IoT makin penting dalam kehidupan bersama, termasuk dalam perkembangan peternakan dan pertanian digital yang makin presisi dan efisien.

“Apapun istilahnya, apakah modern farm, digital farming ataupun smart farming, itu tantangan yang harus kita hadapi bersama. Dalam konteks sebagai lembaga pendidikan tinggi, kami juga berkomitmen untuk menyiapkan lulusan kita menghadapi tantangan yang ada sesuai jenjang dan tuntutan keahlian,” pungkasnya. (tim humas)

Share this :
Exit mobile version