Customize Consent Preferences

We use cookies to help you navigate efficiently and perform certain functions. You will find detailed information about all cookies under each consent category below.

The cookies that are categorized as "Necessary" are stored on your browser as they are essential for enabling the basic functionalities of the site. ... 

Always Active

Necessary cookies are required to enable the basic features of this site, such as providing secure log-in or adjusting your consent preferences. These cookies do not store any personally identifiable data.

No cookies to display.

Functional cookies help perform certain functionalities like sharing the content of the website on social media platforms, collecting feedback, and other third-party features.

No cookies to display.

Analytical cookies are used to understand how visitors interact with the website. These cookies help provide information on metrics such as the number of visitors, bounce rate, traffic source, etc.

No cookies to display.

Performance cookies are used to understand and analyze the key performance indexes of the website which helps in delivering a better user experience for the visitors.

No cookies to display.

Advertisement cookies are used to provide visitors with customized advertisements based on the pages you visited previously and to analyze the effectiveness of the ad campaigns.

No cookies to display.

Nidom Foundation Lakukan Uji Efektivitas Zeta Green Kreasi CPR UNDIP Mereduksi Virus Covid-19 di Ruangan

SEMARANG- Universitas Diponegoro (UNDIP) dan Laboratorium A Biosafety Level 3 (BSL 3), PNF (Professor Nidom Foundation), CPR (Center for Plasma Research), melakukan pengujian Zeta Green terhadap Virus Covid-19. Zeta Green adalah alat penjernih udara yang berfungsi untuk menarik  dan menyaring udara kotor, asap (CO2), membunuh virus, bakteri, dan jamur yang ada di ruangan, hasil kreasi Center for Plasma Research Undip.

Dari hasil ujicoba yang dilakukan, Zeta Green diketahui mampu mereduksi secara signifikan jumlah virus, bakteri dan jamur yang ada di ruang uji; termasuk Virus SARS-CoV-2. Karena itu, ada harapan hadirnya alat tersebut bisa mengurangi penyebaran penyakit seperti Covid-19, khususnya di ruang-ruang pertemuan yang dipakai untuk berinteraksi.

Ketua Tim Riset Corona dan Formulasi PNF (Professor Nidom Foundation), Prof. Dr.  Chaerul Anwar Nidom, drh., MS, mengatakan Zeta Green diketahui mempunyai kemampuan memecah partikel-partikel, termasuk partikel virus menjadi nano. ‘’Zeta Green itu kita uji dalam BSL3, kemudian, virus-virus yang kita gunakan adalah virus Covid-19, dan dari situ kita harapkan Zeta Green itu bisa memecah atau membunuh atau menonatifkan virus Covid,’’ kata Prof Nidom, baru-baru ini.

Menurut Guru Besar Biologi Molekuler di Universitas Airlangga (Unair), reduksi virus, bakteri dan jamur yang mampu dilakukan dikaitkan dengan lama pengoperasian alatnya.  ‘’Bagaimana tadi kita lihat Zeta Grren menguji virus dalam waktu 15 menit, kemudian 30 menit, kemudian 1 jam. Tinggal kita menganalisis berapa banyak virus itu mati, mudah-mudahan bisa menghasilkan hasil yang maskimal,” ujarnya.

Dia berharap, juga hasil uji selanjutnya kemampuan reduksi terhadap virus, jamur dan bakteri tetap signifikan, alat tersebut tentu akan sangat membantu masyarakat dalam mengatasi pandemi Covid-19 melalui penjernihan dan pembersihan udara di ruangan. ‘Saat ini ada yang kita khawatirkan virus Covid varian baru ini bisa menular lewat udara, dan di ruangan, bahkan walaupun kita berpapasan dengan penderita Covid, juga bisa tertular. Saya yakin Zeta Green bisa memberi jawaban terbaik untuk menjawab hal itu,” dia menandaskan.

Prof Nidom mengungkapkan, metode pengujian yang dipakai untuk Zeta Green  adalah memasukkannya ke dalam chamber yang kedap udara di laboratorium Biosafety Level 3. Kemudian setelah dilakukan isolasi, virus dimasukan ke dalam cawan petri yang diletakkan di chamber. Lantas alat diaktifkan dalam termin 15 menit, 30 menit dan 60 menit untuk memproses udara di dalam chamber. Dari uji itu dianalisis bagaimana pengaruhnya.

Kini tengah dilakukan pendalaman atas hasil uji tersebut. Peneliti berharap bisa mendapatkan waktu efektif proses reduksi virus, jamur dan bakteri di suatu ruangan, dan untuk memastikan berapa kemampuan maksimal reduksi yang bisa dilakukan dengan Zeta Green.  ‘Dengan bantuan alat ini, kita berharap populasi virus Covid menurun, minimal konsentrasinya menurun pada ambang batas yang tidak menginfeksi manusia,’’ harap dia.

Ketua CPR (Center for Plasma Research) Undip, Prof. Dr. Muhammad Nur, DEA, mengatakan Zeta Green adalah alat penjernih udara buatan Undip yang berbasis teknologi plasma yang aman digunakan, dan sehat. Alat tersebut didedikasikan untuk mengurangi risiko penyebaran virus, bakteri dan jamur yang berbahaya, khususnya di ruang-ruang pertemuan dan tempat yang menjadi ajang interaksi manusia. Selain mereduksi virus, bakteri dan jamur, Zeta Green juga sudah teruji efektif menyaring udara kotor dan CO2.

Yang pasti, dalam pemanfaatannya sebagai penjernih udara Zeta Green juga berfungsi menyerap udara di ruangan, mengolah dan mengeluarkannya lagi mennadi udara yang bersih dan sehat. Selain virus, bakteri, jamur, CO2, partikel debu juga dibersihkan.

Prof Nur berharap, dilakukannya uji di Laboratorium A Biosafety Level 3 (BSL 3) yang dilakukan Professor Nidom Foundation, bisa diketahui manfaat dan kekurangan ala tersebut. Dengan mengetahuinya dari pihak independen, penmeliti di CPR bisa memperoleh input yang berguna untuk penyempurnaan alat tersebut.

Data sementara yang ada di CPR Undip menunjukkan, perlakuan selama 15 menit menggunakan Zeta Green, populasi virus di ruangan bisa turun sampai 99,9%. Sedangkan untuk  uji coba dengan waktu 30 menit dan 60 menit, virus itu 100 persen hilang. ‘’Alat ini sangat baik untuk kita terapkan di ruang kerja yang banyak pegawainya, di rumah tangga dan lainnya,’’tutur Prof Nur.

Mengenai efektivitasnya terhadap berbagai varian, Prof Nur menyebutkan uji sudah dilakukan terhadap 3 varian virus Vovid-19, termasuk varian delta. Dia menyatakan akan menunggu hasil pendalaman dari hasil uji laboratorium dari Nidam Foundation. (tim humas)

 

Share this :