SEMARANG- Sabun padat karya mahasiswa Teknologi Rekayasa Kimia Industri (TRKI)  Sekolah Vokasi Universitas Diponegoro (Undip) yang dirancang menjadi bagian dari protokol kesehatan (Prokes) dalam menanggulangi Covid-19, mendapat respons positif dari masyarakat. Sabun padat yang diberi nama Dauja Soap tersebut banyak diminati masyarakat saat diedarkan.

Empat mahasiswa Sekolah Vokasi Undip, yakni Dimas Perdana (TRKI angkatan 2018), Lulu Nafysa (TRKI 2018), Elvina Kiki (TRKI 2018), Laela Maya Ufa (TRKI 2018), dan Ahmad Walihul (TRKI 2018), tergerak membuat inovasi yang bisa membantu masyarakat melaksanakan Prokes khususnya kebiasaan cuci tangan dengan produk yang efektif dan mudah didistribusikan dalam kondisi aman. Pilihan pada sabun padat, karena mudah didistribusikan dan penyimpanannya mudah.

Dimas Perdana selaku koordinator tim Dauja Soap mengatakan, hasil inovasi tersebut dibuat dengan ukuran 85 gram per batangnya. Dalam uji petik, produk tersebut dijual seharga Rp. 19.500 per batang kepada para pelajar, masyarakat umum, tempat publik, apotek, Puskesmas, dan rumah sakit. ‘’Respons masyarakat cukup baik. Dari inovasi tersebut, kami  bisa menjual produk senilai Rp 1.499.000 per bulan,’’ ujar Dimas, saat diwawancara, Senin (29/11/2021).

Mengenai pemilihan bentuk sabun padat, Dimas menegaskan dengan bentuk padat lebih mudah dalam pengemasan, untuk packing, serta mudah dikreasikan. Yang pasti, produk yang dirancang bersama timnya itu mengandung antioksidan serta aman untuk kulit.”Harganya juga terjangkau,” tambahnya.

Diungkapkan juga, Dauja Soap saat ini mendapatkan pendanaan melalui Program 100 Wirausaha Muda Sekolah Vokasi Undip 2021. Inovasi pembuatan sabun handmade berlabel Dauja Soap sendiri memanfaatkan ekstrak daun jambu air (Syzygium Aqueum) sebagai antiseptik. Untuk memenuhi kualifikasi sebagai sabun, Dauja Soap juga menggunakan campuran bahan baku lain seperti minyak kelapa sawit, minyak zaitun, coconat oil, vitamine e oil, metanol, susu, aloevera, dan essential oil.

Produk ini memanfaatkan daun jambu air yang mengandung antioksidan yang tinggi dan cocok untuk kulit. Yang pasti, cara pembuatannya pun sangat mudah sehingga masyarakat juga bisa melakukannya. ‘’Daun jambu air dikeringkan dengan sinar matahari selama tiga hari. Selanjutnya ditambah bahan campuran lain, yakni bunga seruni, daun mint dan kulit jeruk mandarin kering dihaluskan menggunakan blender khusus,’’ jelasnya.

Kemudian bahan-bahan yang sudah dihaluskan dimasukkan ke dalam toples dan ditambahkan metanol dengan perbandingan 1:10. Selanjutnya, dilakukan proses ekstraksi menggunakan metode maserasi dingin. Lalu ekstrak tersebut ditambahkan dengan bahan yang lain termasuk minyak kelapa sawit, minyak zaitun, coconat oil, vitamine e oil, metanol, daun jambu air segar, susu, aloevera, dan essential oil lalu dicetak menggunakan cetakan sabun.

‘’Dauja Soap ini sudah melewati tahap uji organoleptik seperti bau, tekstur, ketahanan, dan warna. Kemudian sudah uji pH, sehingga siap dikemas dan dipasarkan,’’ Dimas mencoba menguraikan proses pembuatannya.

Untuk pemasarannya, kata dia, mamanfaatkan media sosial seperti WhatsApp, Line, Instagram dan juga tik-tok. Lalu untuk pembelian juga bisa melalui e-commerce atau startup seperti shopee, tokopedia, lazada, dan juga tik-tok shop.

Dauja Soap ini terbukti selain dapat membersihkan dan melembabkan kulit, sabun ini juga berperan sebagai antiseptik yang dapat menghindarkan kulit kita dari bakteri-bakteri berbahaya dan memberikan efek rileksasi untuk tubuh. ‘Sabun ini bahan dasarnya sangat alami sehingga aman digunakan oleh orang berkulit sensitif sekalipun, karena sabun ini juga dapat mencegah kemerahan dan memberikan efek calming pada kulit,’’ jelasnya.

Kandungan yang ada pada daun jambu memiliki  senyawa fitokimia salah satunya flavonoid yang pada waktu ekstraksi membantu untuk menambah kandungan zat antioksidan yang cocok untuk kulit, dan aman digunakan di berbagai kalangan usia. Inovasi ini, selain memperkaya jenis sabun yang layak dalam Prokes Covid-19, diharapkan bisa menjadi sumber penghasilan bagi pelakunya. (tim humas)

Share this :