Site icon Universitas Diponegoro

Mahasiswa Sastra Indonesia FIB UNDIP Berjaya di Lomba Essai Bulan Bahasa Nasional 2021

SEMARANG- Mahasiswa Program Studi (Prodi) S1 Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Diponegoro (UNDIP), Akbar Malik Adi Nugraha, berhasil meraih Juara I dalam Lomba Essai yang diadakan sebagai rangakaian acara Bulan Bahasa Nasional 2021 oleh Universitas Gadjah Mada (UGM).

Karya yang diusung oleh Akbar Malik Adi Nugraha yang berjudul ‘’Literasi di Era Post-Truth dan Upaya Meluruskan Kekeliruan Wacana Rendahnya Literasi Indonesia ’’ berhasil menyisihkan karya-karya essai lain yang masuk dari seluruh Indonesia. Panitia penyelenggara menetapkan karya essai Akbar sebagai karya essai terbaik.

‘’Tulisan essai yang saya sertakan dalam lomba merupakan hasil pengamatan dan kajian selama mengikuti berbagai jenjang pendidikan, dimana istilah literasi selalu digaungkan. Para pendidik dan pemegang otoritas pendidikan termasuk para guru berusaha memperkenalkan istilah literasi sedini mungkin kepada peserta didik. Karya yang saya buat adalah refleksi dari proses yang dialami anak didik,’’ kata Akbar.

Menurut dia, literasi tidak sebatas pengenalan istilah, tetapi juga suatu program khusus yang terus berjalan dan berkelanjutan.  “Masih terngiang hangat dalam ingatan penulis, ketika SMA setiap pagi para siswa diwajibkan membaca artikel dan menulis resume dari apa yang sudah dibaca. Katanya, itu semua adalah gerakan literasi yang bertujuan mendongkrak kualitas literasi bangsa,” dia menambahkan.

Tidak berbeda dengan di sekolah, di kampus pun demikian. Kampus sebagai rahim yang melahirkan para calon intelektual berkewajiban menegaskan pentingnya budaya literasi. Meski begitu, nyatanya kampus atau perguruan tinggi yang seharusnya membangun peradaban dengan literasi, sering dinodai dengan tindak plagiarisme. Bukan hanya mahasiswa, dosen pun ada yang terbukti melakukan plagiarisme.

Karena itu dalam essainya, Akbar membeberkan fenomena dugaan  plagiarisme sebagai masalah bersama yang perlu dicari solusinya.  Terjadi ironi, karena di satu sisi institusi pendidikan mengampanyekan gerakan literasi tetapi pada saat yang bersamaan terjadi tindak plagiasi yang dilakukan oleh oknum civitas akademika.

Di era post-truth fenomena ini perlu mendapat perhatian serius karena secara umum kualitas literasi di Indonesia kurang baik atau bahkan bisa dikatakan buruk. Mengacu pada survei World’s Most Literate Nations Ranked yang dilakukan Central Connecticut State University (CCSU) pada 2016, dari 61 negara yang diservei Indonesia berada di urutan ke-60.

Indikator lain juga bisa dilihat dari penilaian oleh Programme for International Student Assessment (PISA) Tahun 2018 yang melakukan studi untuk menguji kualitas literasi anak,  Indonesia berada di peringkat 72 dari 77 negara yang disurvei. Membaca dua hasil studi tersebut, kata Akbar, kita perlu mencari tahu masalahnya, termasuk memahami apa yang dimaksud CCSU dan PISA yang menjadi tolok ukur kualitas literasi.

‘’Ketika kita percaya begitu saja bahwa Indonesia termasuk ke dalam negara yang kualitas literasinya rendah di dunia tanpa mau memverifikasi kekuatan hasil studi tersebut, maka kita telah terjerembab ke dalam glorifikasi hasil studi tersebut. Padahal itu masih perlu dipertanyakan interpretasi dan validasinya,”urai mahasiswa Prodi S1 Sastra Indonesia Angkatan 2018 ini.

Hanya dengan memahami indikator dan parameternya secara mendalam, kita bisa melakukan perbaikan kualitas literasi. Yang pasti di era revolusi digital yang menyebabkan banjir informasi yang tidak bisa dibendung, sehingga kualitas literasi masyarakat. Kemudahan dalam akses informasi, serta peran semua orang bukan hanya sebagai konsumen melainkan juga produsen informasi, menuntut kualitas literasi yang lebih baik agar kekayaan informasi bisa memberi manfaat positif dalam kehidupan bersama. Bukan sebaliknya.

Menanggapi capaian prestasi oleh mahasiswanya, Ketua Prodi S1 Sastra Indonesia FIB Undip, Dr. Sukarjo Waluyo, S.S., M.Hum, mengatakan sangat senang dan bangga. ‘’Sebagai Kaprodi, saya terus membuat peta potensi Sumber Daya Manusia mahasiswa. Diantaranya melalui pelatihan dan pendampingan supaya bisa terus membuat prestasi. Saya melihat potensi melimpah dan akan terus berprestasi ke depan,’’ kata Sukarjo Waluyo, Selasa (14/12/2021).

Sukarjo mengatakan semua program di Prodi yang dipimpinnya harus sejalan dengan langkah untuk mendukung FIB menjadi fakultas riset yang unggul di Asia Tenggara pada tahun 2025 dalam bidang kebudayaan yang meliputi sastra, bahasa, sejarah, antropologi, perpustakaan, filsafat, dan kearsipan. “Itu tidak boleh dilupakan,” pungkasnya. (tim humas)

 

Share this :
Exit mobile version