Di era sekarang ini isu-isu kebudayaan makin ramai, isu kebudayaan itu bisa isu lokalitas, isu global, isu penyelesaian konflik, isu masalah lingkungan, isu gender maupun isu sikap budaya yang memberikan ruang kepada munculnya kebudayaan-kebudayaan lokal. Program Studi Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro telah terakreditasi internasional FIBAA, tentunya Sastra Indonesia saat ini berbeda dengan 10 atau 20 tahun lalu. Hal tersebut disampaikan oleh Dr. Sukarjo Waluyo, S.S., M.Hum. selaku Ketua Program Studi S1 Sastra Indonesia FIB Undip.

“Universitas di luar negeri seperti Hankuk University ada Indonesian studies dan menjadi salah satu jurusan favorit, di Fujian Normal University, Indonesian studies juga menjadi isu yang menarik, di Australia pun banyak seperti di The University of Melbourne yang rencananya akan kami undang untuk webinar. Monash University, Sidney University dan The University of Sydney juga terdapat prodi Asian studies, lebih khusus Indonesian studies, tentu pembahasannya adalah sastra, bahasa atau bahasa-bahasa lokal di Indonesia dan budaya yang  ternyata menjadi bahasan menarik” tuturnya.

“Dengan adanya akreditasi internasional, kami berharap mahasiswa Sastra Indonesia harus melihat dan mengambil peluang ini. Misalnya kami sudah menjalin hubungan kerja sama dengan Universiti Brunei Darussalam, jika mahasiswa ingin studi lanjut kita mesti melangkah keluar dan berpikir besar, ini harus dimanfaatkan oleh mahasiswa untuk studi lanjut kalau perlu tidak hanya di Indonesia tetapi bisa di Brunei Darussalam, Australia, Korea, Cina, atau universitas lain yang sudah terkoneksi dengan kita” lanjutnya.

Dr. Sukarjo menuturkan Sastra Indonesia Undip memiliki keunikan yakni isu Jawa Pesisir, yang  didalamnya terdapat tradisi lisan, ketoprak, dan sebagainya. Beberapa waktu lalu, Prodi Sastra Indonesia menyelenggarakan diskusi tentang Jawa Pesisir, forum tersebut dihadiri UI, Unpad dan UGM, dan ternyata topik Jawa Pesisir yang ada di sekitar Demak, Muria, Jepara, Pati , Rembang, Samin, Kudus serta Blora, kedepan akan menjadi isu yang sangat menarik dan banyak orang akan belajar pada Undip karena memiliki pakar/ahli tradisi lisan, ahli bahasa khususnya bahasa Jawa Pesisir, ahli folklore maupun ahli seni pertunjukan.

Sementara untuk kurikulum internasional, sastra Indonesia memiliki BIPA yaitu Bahasa Indonesia untuk Penutur Asing yang masuk dalam mata kuliah regular. Para alumni disiapkan untuk menjadi pengajar Bahasa Indonesia bagi orang asing, harapannya agar bisa untuk mengajar mahasiswa asing atau mengajar di negara asing. Sementara program pemerintah seperti Kemitraan Negara Berkembang (KNB) dan Darmasiswa scholarship program, Sastra Indonesia menerima mahasiswa asing yang wajib bergabung di kelas bahasa Indonesia. Hal ini menjadi peran penting  bagi Sastra Indonesia  yang turut serta menunjang mahasiswa asing kuliah di Undip, termasuk mahasiswa S2 Susastra dan Linguistik. Prodi Sastra Indonesia menjadi program studi pembuka bagi mahasiswa asing yang akan studi lanjut di Undip.

“Sastra Indonesia mempelajari diantaranya mengenai sejarah karya sastra, proses  kreatif  dan penciptaan karya sastra, analisis karya sastra, perkembangan karya sastra, bahkan dinamika karya sastra yang selama ini sangat luar biasa berkembang terkait dengan kemajuan IT. Kita memiliki konsentrasi terhadap karya sastra kontemporer, sekarang mahasiswa dapat menganalisis karya sastra  di media sosial, bisa meneliti konten kreatif di youtube, seperti film-film pendek. Film juga menjadi salah satu konsentrasi yakni cinematografi, yang merupakan perkembangan dari sastra, di Sastra Indonesia menganalisisnya di lihat dari plot, alur, struktur, dan karakternya” ungkap Dr. Sukarjo.

“Beberapa SMA di Indonesia ada yang memiliki program bahasa dan kebudayaan, kami akan mencoba merespon SMA –SMA itu agar mendaftar di Sastra Indonesia Undip karena mereka sudah memiliki dasar yang mereka pilih, tentunya kalau kuliah akan mengambil jurusan Sastra Indonesia. Prodi Sastra Indonesia memiliki peluang besar karena terakreditasi internasional, jika berbicara kesenian dan kebudayaan di Jawa Tengah, pasti akan bertanya ke Undip atau FIB. Saya berharap kedepan jurusan Sastra Indonesia menjadi prodi dan fakultas yang penting, favorit masyarakat dan jurusan yang harus terbuka dengan fenomena yang baru, baik karya-karya, kajian-kajian kebudayaan, film-film dokumenter, dan analisis kebudayaan kontemporer. Alumni Sastra Indonesia sebagian besar menjadi dosen atau guru dan jurnalis tetapi dengan melihat kebutuhan sekarang ini tentu akan lebih luas lagi” terangnya.

“Isu kebudayaan kedepan menjadi isu yang penting, baik isu rekonsiliasi, mediasi, isu bagaimana membuat media yang memberikan ide-ide positif termasuk apa yang ada di Jawa Pesisir ini kita perkenalkan agar menjadi perhatian kita semuanya. Dosen dan mahasiswa didukung untuk sama-sama produktif, berkarya, berkreasi, baik riset maupun karya sastra dan terlibat dengan isu-isu kebudayaan. Dunia ini sedang diguncang ketidakpastian, salah satunya pandemi Covid-19, maka kebudayaan menjadi salah satu jawaban atas masalah-masalah kemanusiaan. Bagi para mahasiswa, sekarang ini kita  harus berfikir global, mahasiswa bisa lanjut studi di dalam negeri maupun luar negeri, peluang terbuka untuk mahasiswa semuanya dan tidak ada batasan untuk meraih mimpi. Bagi calon mahasiswa yang ingin masuk ke Undip, kami siap menampung talen-talen atau mimpi-mimpi siapa saja yang ingin menjadi ahli budaya, ahli sastra maupun ahli naskah lama, lebih khusus lagi menjadi pengarang, sineas, script writer, ataupun wartawan” pungkasnya. (Lin-Humas)

 

Share this :