Site icon Universitas Diponegoro

Dr. dr. Renni Yuniati, Sp.KK, FINSDV, FAADV., M.H. (Dokter Spesialis Penyakit Kulit dan Kelamin RSND UNDIP): Jangan Jauhi Penderita Kusta

Kusta atau lepra adalah penyakit infeksi bakteri kronis yang menyerang jaringan kulit, saraf tepi, serta saluran pernapasan, dikenal juga dengan nama penyakit Hansen atau Morbus Hansen. Karena dapat menyebabkan kecacatan, seperti terputusnya salah satu anggota gerak seperti jari, luka dengan bercak-bercak merah dipermukaan kulit, dan kerusakan lainnya, sehingga ia menjadi salah satu penyakit yang ditakuti  pada zaman kuno.

Masyarakat kerap menganggap bahwa penyakit kusta adalah penyakit menular berbahaya dan penyandangnya perlu diisolasi. Kusta bisa sembuh jika penderitanya mendapatkan pengobatan yang tepat. Pasien juga bisa menjalankan kembali kehidupan normalnya, seperti bekerja, bersekolah, dan melakukan berbagai aktivitas lainnya.

“Kusta adalah penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium leprae, penyakit ini termasuk penyakit yang sudah lama. Kusta bisa diobati, yang penting adalah bagaimana kita menemukan sedini mungkin, jika terlambat akan terjadi kecacatan dan infeksi yang meluas. Indonesia sendiri menempati urutan ketiga terbanyak penderita kusta di dunia, India di urutan pertama dan Brazil menempati urutan kedua. Tentunya ini menjadi perhatian bagi kita semua untuk menekan angka penderita kusta” ungkap Dr. dr. Renni Yuniati, Sp.KK, FINSDV, FAADV., M.H., Dokter Spesialis Penyakit Kulit dan Kelamin Rumah Sakit Nasional Universitas Diponegoro.

  1. Renny mengatakan ciri-ciri kusta diantaranya terdapat bercak putih dan merah di kulit, jika sudah mengalami perluasan atau perbanyakan dari bakteri maka mengakibatkan kerontokan, misalnya di alis dan rambut. Merasakan nyeri di tangan dan kaki, mengalami kelainan bentuk hidung akibat kerusakan pada tulang rawan hidung atau tangannya bisa berbentuk cakar. Bakteri kusta menyerang seraput saraf di tepi, bila daya tahan tubuhnya rendah ia akan infiltrasi ke seluruh bagian tubuh kecuali di bagian otak, jadi bisa di wajah, tangan, kaki, bentuknya merah-merah, benjol-benjol dan menyebabkan kulit kering.

“Penanganan awal bagi penderita kusta adalah harus ada inisiasi dari keluarga untuk memeriksakan diri, apabila ada bercak putih atau merah segera di bawa ke Puskemas untuk diperiksakan. Apabila hasil dari laboratorium maupun secara klinis masuk dalam diagnosis bakteri kusta maka harus segera diobati. Obatnya bernama Multi Drug Treatment dari WHO dan gratis, perlu diingat pengobatan Kusta ini jangka panjang. Sebagian besar yang terkena kusta disebabkan masalah di nutrisi dan hygiene sanitasi, artinya menyangkut ekonomi. Kita harus bekerjasama dengan pemberdayaan masyarakat terkait dengan ekonomi ini, jangan sampai karena masalah ekonomi mereka yang sudah rajin minum obat dan konsisten, namun karena daya tahan tubuh tidak cukup akibat nutrisi dan hygiene sanitasi yang buruk menjadi penyebab gagalnya pengobatan” lanjutnya.

“Kusta dapat disembuhkan, jangan takut, dampingi pasien, selesaikan pengobatan pasien kusta dan tidak perlu khawatir tertular karena yang tertular itu hanya yang kontak lama dan erat. Bantu pasien kusta yang sedang menderita dengan pengobatan, baik dengan bantuan nutrisi, sekaligus memberikan kebahagiaan agar lebih cepat membaik dan jangan disingkirkan. Jangan sampai ini menjadi beban bagi pasien dan keluarganya sendiri karena ini juga menjadi perhatian kita bersama” pungkasnya. (Lin-Humas)

Share this :
Exit mobile version