Site icon Universitas Diponegoro

Dr. Drs. Amirudin, M.Si., Pakar Antropologi UNDIP Wafat

Universitas Diponegoro berduka karena kehilangan salah satu putra terbaik Dr. Drs. Amirudin, M.Si., meninggal dunia pada hari Sabtu, 12 Maret 2021, pukul 04.00 WIB karena sakit. Jenazah disemayamkan di  kota kelahirannya, Desa Karanglewas Kidul, Purwokerto.

Rektor Undip, Prof. Yos Johan Utama,. S.H., M.Hum., memberikan sambutan saat hadir di rumah duka di Villa Mutiara Tembalang. “Semoga Dr. Amirudin, mendapatkan tempat yang mulia di sisi Tuhan Yang Maha Esa dan bagi keluarga yang ditinggalkan diberi kesabaran serta ketabahan. Allah pasti telah memberikan yang terbaik, maka sebagai orang beriman tentunya kita harus ikhlas melepas kepergian orang-orang yang kita cintai. Beliau mnjadi contoh uswatun hasanah, orang yang murah senyum, tidak pernah berkonflik dan memiliki integritas yang tinggi. Segala ilmu yang telah diberikan akan menjadi amal yang tidak ada putusnya” ungkapnya.

Dr. Amirudin merupakan dosen  program studi Antropologi Fakultas Ilmu Budaya Undip, berpangkat Lektor Kepala dan mengajar mata kuliah Etnografi, Antropologi Media, Antropologi Politik, Antropologi Globalisasi, Modernisasi dan Gaya Hidup, Antropologi Agama. Selain sebagai Pakar Antropologi dan Ketua Prodi Antropologi Sosial, ia pernah berkiprah di Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) dan  menjabat sebagai Kepala Asosiasi Antropologi Indonesia (AAI) Pengurus Wilayah Jawa Tengah, periode 2021 – 2026.

Ia turut merintis awal berdirinya prodi Antropologi Sosial. Dalam podcast bersama Undip TV Official yang ditayangkan 28 Juni 2021 dan menyampaikan akan terus membantu dalam pengembangan keilmuan Antropologi Sosial Undip.

“Prodi baru antropologi sebagai disiplin ilmu yang secara keilmuan mempelajari manusia dan kebudayaannya. Awalnya fokus kajian diarahkan ke studi kebudayaan masyarakat pesisir menyesuaikan dengan arah PIP (pola ilmiah pokok) atau center of excellence-nya Undip yakni coastal eco development. Selain itu, berdasarkan asesmen kebutuhan pasar banyak institusi (badan publik atau badan privat)  yang memerlukan tenaga profesional analisis, perencana, peneliti, akademisi, jurnalis budaya, serta konsultan dan tenaga profesional industri kreatif dan budaya sebagai konsekuensi dari perkembangan masyarakat dari tradisionalitas, menuju modernitas atau bahkan posmodernitas”  tuturnya.

Tentunya pemikiran tersebut akan terus menjadi spirit untuk melanjutkan perjuangan  mengembangkan keilmuan di bidang Antropologi, khususnya Antropologi Sosial. (Lin-Humas)

 

 

Share this :
Exit mobile version