,

DP-SA UNDIP Bekerjasama dengan Program MIL dan DIL Sekolah Pascasarjana UNDIP Gelar Webinar “Memberdayakan Ekosistem untuk Pemulihan Lingkungan Berkelanjutan”

Komisi A Dewan Profesor Senat Akademik (DP-SA) bekerjasama dengan Program Magister Ilmu Lingkungan (MIL) dan Doktor Ilmu Lingkungan (DIL) Sekolah Pascasarjana Universitas Diponegoro menyelenggarakan Webinar dengan tema “Memberdayakan Ekosistem untuk Pemulihan Lingkungan Berkelanjutan, kamis (21/4).

Hadir sebagai narasumber Ir. Laksmi Dhewanthi, MA., IPU (Direktur Jenderal Pengendalian Perubahan Iklim Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan), Prof. Dr. Tri Retnaningsih Soeprobowati, MAppSc (Guru Besar Fakultas Sains dan Matematika, MIL dan DIL SPS Universitas Diponegoro), Dr. Hartuti Purnaweni, MPA (Dosen Fakultas Imu Sosial dan Ilmu Politik, MIL dan DIL SPS Universitas Diponegoro), dan dimoderatori oleh Prof. Dr. Ir. Delianis Prenggenies, M.Sc (Sekretaris Komisi A Dewan Profesor Undip).

Dalam materinya yang berjudul Recover Together Recover Stronger: Kebijakan Pemulihan Lingkungan Yang Berkelanjutan, Laksmi Dhewanthi menyampaikan milistone pembangunan LHK mengantarkan peran dan menjaga kesinambungan pembangunan. Pada tahun 2020, adaptasi di tengah pandemi dan terus mengawal jaman yang berubah, tahun 2021 menebalkan modal sosial dan memperkuat kinerja positif pembangunan LHK, dan tahun 2022 adalah memperkuat sumbangan tapak untuk pemulihan ekonomi nasional dan reformasi struktural.

“Kami mendorong wisata alam sebagai instrumen untuk memajukan daerah, seperti Taman Nasional Tanjung Puting dimana wisatawan bisa menyusuri Sungai Sekonyer untuk menikmati keindahan alam tropika menuju Camp Leaky untuk trekking dan melihat orang utan. Sementara di Taman Nasional Manupeu Tanadaru-Laiwangi Wanggameti, aliran air di Desa Wanggameti juga menggerakkan turbin mikrohidro yang menerangi 36 rumah dan fasilitas umum setiap hari selama 24 jam. Di Desa Mahaniwa, jumlah rumah yang diterangi sebanyak 80 rumah termasuk fasilitas umum. Dulu sebelum adanya PLTMH ini dua desa tersebut gelap gulita ketika matahari terbenam. Manfaat ekonomi bagi masyarakat Sumba dihasilkan dari merchandise berupa kain tradisonal, selendang dan lain-lain” ungkapnya.

Lebih lanjut ia mengatakan pelibatan masyarakat dalam upaya pencegahan kebakaran hutan dan lahan (karhutla), diantaranya adalah membentuk masyarakat peduli api yang mempunyai tugas mencegah terjadinya karhutla, melakukan pemadaman awal dan mendukung pemadaman yang dilakukan oleh manggala agni dan/ atau para pihak, meningkatkan kepedulian masyarakat di desanya terkait dalkarhutla dan/ atau upaya adaptasi dan mitigasi perubahan iklim, melakukan identifikasi upaya adaptasi dan mitigasi perubahan iklim, mengusulkan calon lokasi ProKlim, memberikan informasi terkait kejadian karhutla, menyebarluaskan informasi peringkat bahaya kebakaran hutan dan lahan, melakukan penyuluhan secara mandiri atau bersamasama dengan para pihak lainnya, melakukan pertemuan secara berkala dalam rangka penguatan kelembagaan.

Dalam kesempatannya, Prof. Dr. Tri Retnaningsih Soeprobowati, MAppSc. menuturkan mengenai ekosistem merupakan suatu sistem ekologi yang terbentuk oleh hubungan timbal balik tak terpisahkan antara makhluk hidup dengan lingkungannya baik yang hidup maupun tak hidup.

“Jasa ekosistem adalah manfaat ekosistem yang dapat digunakan untuk kehidupan manusia yang mencakup jasa penyediaan, jasa pengaturan, dan jasa sosial budaya. The Economics of Ecosystem and Biodiversity menyepakati bahwa jasa lingkungan hidup didefinisikan sebagai kontribusi struktur dan fungsi ekosistem secara langsung dan tidak langsung untuk kesejahteraan manusia” tuturnya.

Sedangkan Dr. Hartuti Purnaweni membahas mengenai Kebijakan Pembangunan Berbasis Ekosistem. Menurutnya transformasi pada pembangunan LH, ketahanan bencana, dan perubahan iklim dititikberatkan pada upaya perbaikan kualitas Lingkungan Hidup melalui penanganan limbah B3 dan peningkatan pemantauan kualitas lingkungan, perbaikan sistem ketahanan bencana yang tanggap terhadap bencana yang bersifat seketika (sudden onset) maupun perlahan (slow onset), serta pelaksanaan pembangunan yang menghasilkan pertumbuhan ekonomi rendah-emisi GRK.

“Manfaat ekosistem seperti hutan, pesisir, laut, dan lahan basah yang sehat pada masyarakat lokal, misalnya air bersih, perlindungan dan pangan serta pelindung fisik terhadap berbagai ancaman dari alam seperti erosi, abrasi, dan longsor. Tanah dan vegetasi menyerap air hujan serta mencegah penguapan ke udara. Keanekaragaman hayati mendukung jasa yang diberikan oleh ekosistem dan keanekaragaman hayati yang terjaga akan memperkuat ketahanan dan mengurangi risiko bencana” terangnya. (Lin-Humas)

Share this :

Kategori

Arsip

Berita Terkait