Site icon Universitas Diponegoro

Pakar Gizi UNDIP Beri Tips Pola Makan Selama Puasa

Pada bulan Ramadhan seluruh umat muslim melaksanakan puasa sebulan penuh. Bila dijalankan dengan tepat, puasa di bulan Ramadhan secara umum berdampak positif bagi kesehatan. Untuk itu penting sekali memperhatikan pola hidup sehat saat berpuasa agar bisa menjalani puasa dengan baik. Pola makan menjadi satu hal yang pasti akan berubah selama puasa. Pada kondisi normal, biasanya jadwal makan harian adalah sarapan pada pagi hari, makan siang, baru kemudian makan malam. Namun, selama bulan puasa waktu makan akan berubah menjadi makan sahur pada dini hari, kemudian tidak makan dan minum sampai masuk waktu maghrib. Kendati demikian bukan berarti pola makan sehat tidak bisa diterapkan saat puasa.

“Apa yang dimakan saat berbuka puasa akan berpengaruh saat sahur. Ketika membatalkan puasa ada beberapa pilihan makanan yang perlu kita perhatikan agar perut tidak terlalu merasakan keluhan macam-macam. Yang pertama, meminimalkan makanan yang terlalu berlemak dan asin, misalnya gorengan atau makanan yang banyak kejunya. Selain itu makanan yang terlalu asin, misalnya keripik, sebab makanan tersebut menyebabkan rasa  haus karena kandungan garamnya yang tinggi sehingga memunculkan keinginan untuk minum banyak dan pada akhirnya perut lebih banyak terisi dengan air” ungkap dr. Annta Kern Nugrohowati, M.Si., SpGK., Dokter Spesialis Gizi Klinik Rumah Sakit Nasional Diponegoro Universitas Diponegoro.

“Selama puasa lambung kita tidak berkerja seperti biasanya karena hampir 12 jam perut kosong, apabila langsung diberikan makanan yang berlemak, kerja lambung akan dipaksa mencerna makanan yang membutuhkan proses pencernaan lebih besar. Hal tsb disebabkan karena makanan berlemak termasuk  makanan yang paling lama untuk dicerna, inilah yang memberikan dampak gangguan-gangguan pada pencernaan. Kedua, meminimalkan makanan yang terlalu manis, manis boleh tetapi jangan terlalu karena akan menaikkan kadar gula yang cepat dan ini tidak baik terutama untuk penderita diabetes. Selanjutnya adalah menghindari minuman bersoda karena akan menyebabkan timbulnya gas yang banyak dan hindari minuman yang mengandung kafein, misalnya kopi. Bagi orang-orang yang sensitif mengakibatkan produksi asam lambungnya akan banyak serta menimbulkan keluhan nyeri perut.  Yang terakhir, sebaiknya jangan mengonsumsi dingin, lambung akan kaget dengan perubahan suhu yang drastis” lanjutnya.

dr. Annta mengatakan pada saat sahur harus memperhatikan makanan yang lebih sehat dan diusahakan untuk tetap sahur meskipun porsinya tidak besar karena sahur menjadi salah satu modal bagi tubuh untuk tetap bekerja dalam satu hari. Jika tidak sahur tentunya akan menganggu metabolisme tubuh. Makanan sahur harus mengandung sumber serat dan dapat ditambahkan segelas susu sebagai sumber protein, alangkah baiknya tetap mengonsumsi dengan porsi yang lengkap, baik karbohidrat, sayur, dan lauk.

“Bagi yang sebelumnya sudah mengalami sakit maag harus lebih berhati-hati selama berpuasa, pilihan makanan harus benar-benar diperhatikan dan menghindari makanan-makanan yang terlalu pedas maupun asam. Tipsnya adalah membagi makanan dengan porsi yang kecil-kecil, terutama ketika membatalkan puasa, jangan langsung dengan porsi yang besar dan jangan mengonsumsi terlalu banyak makanan-makanan yang digoreng. Sedangkan bagi yang ingin berat badan turun, waktu makan hanya 3 kali, saat membatalkan puasa dengan porsi makan yang tidak terlalu besar, setelah salat magrib dengan porsi yang cukup dengan komposisi lengkap, kemudian pada saat sahur dengan porsi makan yang tetap lengkap. Pastikan bahwa konsumsi makan selama puasa ini terkontrol, jangan sampai kalap, karena efeknya tidak baik bagi tubuh. Pilihlah makanan yang sehat dan tepat, mulai saat membatalkan puasa setelah magrib dan pada saat sahur. Jangan lupa untuk tetap sahur karena sangat bermanfaat bagi kesehatan dan jika pola makan ini konsisten dilakukan setelah puasa justru akan semakin sehat” pungkasnya. (Lin-Humas)

 

 

 

Share this :
Exit mobile version