Salah satu diantara banyak alasan mengapa manusia membuat bangunan adalah karena kondisi alam atau iklim di mana manusia berada, tidak selalu dapat menunjang aktifitas yang dilakukannya secara baik. Kadangkala alam menurunkan hujan lebat, memberikan sengatan matahari yang sangat tajam, atau menghembuskan angin yang terlalu keras. Sementara aktifitas manusia yang sangat bervariasi memerlukan kondisi iklim tertentu di sekitarnya yang bervariasi pula.

Dr. Ir. Eddy Prianto, CES., DEA., Dosen  Arsitektur Fakultas Teknik Bidang Ilmu Teknologi Bangunan (Thermal, Energi, Comfort dan Simulasi Model) dan Bharoto, S.T., M.T. (Dosen Arsitektur Bidang Ilmu Sejarah, Teori, dan Kritik Arsitektur) menciptakan alat peraga Rumah Model berkarakter Arsitektur Tropis berdimensi 1.00m x 1.00m x 1.00m.

Menurut Dr. Eddy, Alat Peraga Model Rumah Putar tersebut telah dibangun sejak tahun 2010, berlokasi di halaman kampus Arsitektur Universitas Diponegoro. Selain itu alat peraga ini diharapkan dapat meningkatkan wawasan dan pengetahuan hingga eksperimental in-situ pada sivitas akademik  Departemen Arsitektur FT Undip secara khusus dan seluruh akademis ranah arsitek secara umum.

“Beberapa contoh penggunaannya adalah sebagai alat media peraga miniatur berdasarkan permasalahan Arsitektur yang menjadi persoalan di masyarakat misalnya ketika perumahan sedang ramai-ramainya dengan trend pemakaian batu alam. Kita mengkaji batu alam jenis apa yang tepat untuk rumah di kota Semarang. Saat marak-maraknya pemakaian cat bercolor pada façade rumah, kita juga mengkaji warna apa yang memberi dampak efisiensi energi untuk rumah di Semarang. Selain itu tentang Green Bangunan, kita pun mengkaji tanaman rambat dan desain seperti apa yang cocok untuk rumah-rumah di Semarang” tuturnya.

“Secara prinsip alat model ini tersusun dari tiga elemen konstruksi sebuah bangunan pada umumnya, yaitu kepala, badan, dan kaki. Element kepala berupa atap yang dibuat dari material dan bentuk sesuai parameter yang dikehendaki, elemen badan berupa dinding yang tersusun dari pasangan bata 0.05m x 0.11m x 0.25m dengan batu bata ukuran reel yang dilengkapi lubang inlet dan outlet untuk kondisi yang mempresentasikan porosite bangunan hunian daerah tropis, dimana pada bidang ini jenis lapisan dinding, komposisi, finishing bahkan bahan dindingnya dapat di modelisasi sesuai parameter yang dikehendaki. Sedangkan bagian kaki berupa lantai beton yang dilapisi pasangan keramik dan roda yang ditempatkan pada rel berbentuk lingkaran, sehingga bangunan model ini dapat diputar sejauh 360 derajat” tuturnya.

Pada saat pengukuran terkait termal interior bangunan terhadap model rumah miniature, data suhu udara dan kelembaban udara didapat dengan menggunakan alat ukur bernama thermo-hygrometer, baik dengan metode manual maupun digital. Misalnya di ukur dari pukul 06.00 hingga 18.00 dibawah pancaran sinar matahari langsung. Agar model selalu terpapar sinar matahari sepanjang hari secara optimal/kondisi ekstrim, maka model rumah miniatur harus diputar mengikuti arah gerak sinar matahari. Artinya, diawal pengukuran (pagi) model akan dihadapkan ke arah Timur dan diakhir pengukuran pk 18.00, posisi model akan menghadap kearah Barat. Kini dengan perkembangan alat ukur, maka pengukuran selama 24jam full dan selama beberapa hari dapat dilakukan dengan penggunaan alat datalogger.

Lebih lanjut Dr. Eddy mengatakan bentuk alat peraga rumah model tidak hanya memperhatikan peluang munculnya prototipe untuk masa depan, akan tetapi juga berpijak pada model-model yang eksis dalam kesejarahan arsitektur di Indonesia/di tengah-tengah kehidupan masyarakat. Dengan demikian prototipe untuk masa depan dapat memanfaatkan prinsip-prinsip yang terdapat pada model masa lalu, sehingga terwujudlah rancangan yang tetap kontekstual dan berkelanjutan.

“Pada umumnya pelaksanaan pengukuran dilakukan minimal selama minimal 24 jam dengan durasi pencatatan tiap 5 menit hingal 30 menit.. Dua pertimbangan teknis terkait durasi pengukuran apabila kondisi cuaca lingkungan (iklim mikro dan iklim makro kota Semarang stabil, maka durasi pengukuran bisa cukup 1 sampai 2 hari). Namun bilamana sebaliknya, maka durasi pengukuran bisa sampai 7 hari atau seminggu. Kondisi pengukuran yang berkelanjutan (siang dan malam) merupakan data yang dapat digunakan dalam tahapan penganalisaan” terang Dr. Eddy.

“Dengan keberadaan Rumah Model ini, kolaborasi antar keragaman matakuliah di internal department Arsitektur terus kami kembangkan. Secara khusus dari aspek teknologi bangunan Arsitektur, diharapkan akan selalu membuka peluang baik untuk dosen dan mahasiswa serta para ilmuwan lain untuk saling melengkapi, mengkrtisi bahkan mengembangkan secara lintas disiplin ilmu” pungkasnya. (Lin-Humas)

Share this :