,

Dr. dr. M. Heru Muryawan SpA(K) (Fakultas Kedokteran UNDIP): Jaga Kebutuhan Cairan, Agar Ginjal Anak Sehat

Dalam beberapa waktu terakhir, kasus gangguan ginjal akut banyak menyerang anak-anak berusia 0 sampai 18 tahun. Memperhatikan adanya peningkatan gangguan ginjal akut tersebut, Kementerian Kesehatan bertindak cepat untuk menginformasikan kepada seluruh orang tua untuk tetap waspada dan tidak panik, terutama ketika anak mengalami gejala yang mengarah pada penyakit ginjal akut. Kemenkes bersama BPOM, Ahli Epidemiologi, IDAI, Farmakolog dan Puslabfor Polri masih terus melakukan pemeriksaan dan meneliti secara komprehensif laboratorium untuk memastikan penyebab pasti dan faktor risiko yang menyebabkan gangguan ginjal akut.

Berdasarkan fenomena yang terjadi mengenai Kasus Gangguan Gagal Ginjal Akut pada Anak, Kemenkes telah menerbitkan Keputusan Direktur Jenderal Pelayanan Kesehatan Nomor HK.02.02/I/3305/2022 tentang Tata Laksana dan Manajemen Klinis Gangguan Ginjal Akut Progresif Atipikal (Atypical Progressive Acute Kidney Injury) pada Anak di Fasilitas Pelayanan Kesehatan. Kemenkes juga telah mengeluarkan Surat Edaran SE Nomor SR.01.05/III/3461/2022 tentang Kewajiban Penyelidikan Epidemiologi dan Pelaporan Kasus Gangguan Ginjal Akut Atipikal (Atypical Progressive Acute Kidney Injury) pada anak yang ditujukan kepada seluruh dinas kesehatan, fasyankes, dan organisasi profesi.

Dr. dr. Muhammad Heru Muryawan SpA(K), Konsultan Nefrologi Anak (Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro) menuturkan kejadian baru berawal bulan Agustus 2022, menyerang anak (usia anak 0 sd 18 tahun) dengan jumlah kasus yang meningkat dan tersebar di sebagian wilayah di Indonesia. Sebutan yang benar bukan gagal ginjal tetapi Gangguan Ginjal Akut (GnGA atau AKI) sedangkan yang saat ini Gangguan Ginjal Progresif Atipikal (gnGAPA atau AP-AKI).

“Tanda dan gejala utama adalah kencing berkurang baik frekuensi maupun jumlahnya. Dapat diawali tanda umum seperti diare, demam batu pilek. Yang terpenting adalah selalu menjaga masukan cairan total ke dalam tubuh anak. Cairan dapat berbentuk minuman dan makanan yang berkuah, kebutuhan cairan pada anak berkisar antara 50 – 100 cc/kg berat badan. Cairan yang cukup membuat fungsi ginjal normal ditandai dengan pengeluaran kencing yang normal. Sedangkan untuk penanganaan dini dengan memeriksakan anak ke fasilitas kesehatan terdekat atau dokter terdekat” terang dr. Heru.

“Sampai saat ini belum ada laporan makanan dan minuman sebagai penyebab Gangguan Ginjal Akut, namun yang perlu diperhatikan adalah agar orang tua lebih perhatian kepada putra putrinya, tenaga kesehatan lebih waspada dan terus meningkatkan pengetahuan terhadap GnGA, masyarakat tetap tenang, mampu memilih berita yang terpercaya di media. Institusi hendaknya memberikan edukasi tiada henti, dan berharap semoga Allah segera menghilangkan cobaan ini” pungkasnya. (Lin-Humas)

Share this :

Kategori

Arsip

Berita Terkait