,

Dr. Triyono Lukmantoro, S.Sos., M.Si (Dosen Departemen Ilmu Komunikasi FISIP UNDIP) Kaji Narasi Propaganda Pada Grup Facebook

Penelitian Ilmiah mengenai Kajian Small Stories terhadap Grup Facebook Pendukung Jokowi (Pakde Jokowi) dan Grup Facebook Pendukung Prabowo (Prabowo untuk NKRI) dalam Kampanye Pemilihan Presiden 2019 menjadi bahasan yang menarik dikaji oleh Dr. Triyono Lukmantoro, S.Sos., M.Si., Dosen Departemen Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Diponegoro.

Fenomena pemilihan presiden menunjukkan bahwa prosedur elektoral memang telah dijalankan secara baik, yakni bebas, adil, dan damai telah direalisasikan. Korpus penelitian Dr. Triyono ialah berbagai postingan dan komentar-komentar yang membentuk “cerita-cerita kecil” (small stories) bersifat interaktif yang memiliki sejumlah narasi yang ditampilkan oleh grup Facebook pendukung Jokowi (Pakde Jokowi) dan grup Facebook pendukung Prabowo (Prabowo untuk NKRI).

“Media sosial yang dijadikan sebagai arena propaganda tersebut tidak memberi peluang terjadinya perbedaan pendapat. Penciptaan grup-grup Facebook dalam kampanye pemilihan presiden ini memang pada prinsipnya didorong untuk mendukung kandidat presiden tertentu. Jumlah anggota dari grup-grup Facebook pendukung itu dianggap sebagai keberhasilan dalam memobilisasi massa secara digital untuk menciptakan pemenang. Sehingga, akun -akun yang bergabung dalam grup-grup Facebook itu menunjukkan pemikiran yang serupa belaka dan kepentingan yang seragam pula” terangnya.

Menurutnya narasi-narasi propaganda yang hadir dalam media sosial menunjukkan bahwa praktik-praktik politik sudah semakin meluas di dunia digital. Pada mulanya, propaganda dijalankan pada media massa yang komunikasinya bersifat satu arah (one-way communication) sebagaimana bisa ditemukan pada pemikiran Harold D. Lasswell. Hal ini berarti bahwa propaganda dijalankan oleh segelintir kecil orang untuk mempengaruhi atau memanipulasi khalayak atau massa yang berjumlah demikian banyak.

Massa seakan-akan mudah dipengaruhi oleh pesan-pesan bermuatan propaganda tersebut. Sementara itu, karena massa tidak memiliki media, maka mereka pun dianggap tidak mampu menanggapi dan dinilai mengikuti begitu saja apa pun yang dikemukakan oleh kalangan propagandis. Saat ini ketika media sosial terus membesar pemakaiannya, maka klaim-klaim sepihak atau satu arah itu tidak bisa dipertahankan lagi.

“Pada awalnya, kalangan pendukung tersebut ingin mendapatkan paparan informasi yang bernada serupa. Mereka mempunyai perspektif yang sama juga dalam menilai sebuah persoalan. Hal yang lantas terjadi adalah media sosial, dalam kaitan ini grup-grup Facebook pendukung hanya menjadi ruang gema atau kepompong informasi yang tidak lebih dari sekadar menggaungkan kebenaran versi mereka sendiri” lanjut Dr. Triyono.  (Lin-Humas)

Share this :

Kategori

Arsip

Berita Terkait