, ,

DWP UNDIP Gelar Talkshow “Ibu Tangguh Anak Hebat”

Puncak acara peringatan Hari Ibu ke-94 oleh Dharma Wanita Persatuan (DWP) Universitas Diponegoro diperingati dengan menggelar talkshow mengangkat tema menarik “Ibu Tangguh Anak Hebat, (Anak Berkebutuhan Khusus yang Membanggakan)” bertempat di Gedung A Serba Guna lantai 3 Fakultas Kedokteran kampus Undip Tembalang pada Sabtu (14/1). Acara talkshow ini dilaksanakan hybrid (yakni dengan peserta offline dan yang hadir daring) dengan menghadirkan beberapa narasumber yakni Prof. dr. M.I. Widiastuti Samekto, Sp.S(K), M.Sc., Ibu Dr. Novi Qonitatin, S.Psi., MA, Bapak Dian Linggar Prasetyo, S.Tr. Kes., Ibu Eko Widyastuti, S.E. dan Ananda Farhan Fadhilah, S.Gz. sebagai pemandu talkshow atau moderator Ibu Asih Budiastuti, S.H., C.N. yang menjabat pula sebagai Ketua Dharma Wanita (DWP) Universitas Diponegoro.

Acara diawali dengan sambutan dari Ketua Dharma Wanita Persatuan (DWP) Universitas Diponegoro Ibu Asih Budiastuti. Dalam sambutannya, Ibu Asih berpesan, “Jadilah ibu yang tangguh, kuat, sabar dan ikhlas dalam berperan di keluarga, jadilah ibu yang selalu dinantikan kehadirannya baik itu di keluarga maupun di lingkungan masyarakat”.

Berkenan hadir dan membuka acara, Prof. Dr. Yos Johan Utama, S.H., M.Hum., Rektor Universitas Diponegoro yang dalam hal ini selaku Penasehat DWP Undip. Dalam sambutannya, Prof. Yos, begitu beliau akrab disapa menyampaikan pentingnya arti keluarga. Keluarga adalah pondasi yang kuat untuk membentuk pribadi, karakter dan pendidikan anak. Berbicara tentang anak, Prof. Yos menuturkan bahwa anak adalah permata. Kehadiran anak adalah anugerah. “Setiap anak yang dilahirkan adalah anugerah yang harus disyukuri”, ucapnya. “Jangan dilupakan bahwa peran ibu sangatlah penting dalam keluarga, terutama dalam mengasuh dan mendidik anak-anak”, tuturnya.

Tampil sebagai nasumber pertama, Prof. Widiastuti menjelaskan tentang ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder) yakni gangguan mental yang menyebabkan anak sulit memusatkan perhatian dan memiliki perilaku impulsif dan hiperaktif. Kondisi ini dapat berdampak pada prestasi anak di sekolah. Sampai dengan saat ini, penyebab utama ADHD belum diketahui dengan pasti. Kondisi ini diduga dipengaruhi oleh faktor genetik dan faktor lingkungan. Oleh karenanya, Prof Widiastuti menyampaikan kepada ibu-ibu yang hadir untuk memperhatikan kondisi putra-putrinya, terutama apabila anak tidak ada kontak mata dan terlambat bicara maka sebaiknya segera dibawa ke dokter neurologi. Pada umumnya tanda ADHD dapat terditeksi dengan jelas. ADHD dapat pula disembuhkan dengan cepat apabila penanganannya tidak terlambat.

Memang bukan persoalan mudah bagi seorang ibu untuk mengasuh dan mendidik anak-anak, terlebih apabila anugerah yang diberikan atau dititipkan adalah Anak Berkebutuhan Khusus (ABK). Pada kesempatannya, Dr. Novi Qonitatin, S.Psi., M.A. sebagai narasumber kedua menjelaskan apa yang dimaksud dengan Anak Berkebutuhan Khusus (ABK). Dijelaskan bahwa Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) adalah anak yang mengalami keterbatasan atau keluarbiasaan, baik fisik, mental, intelektual, sosial maupun emosional, yang berpengaruh secara signifikan dalam proses pertumbuhan atau perkembangannya dibandingkan dengan anak-anak lain yang seusia dengannya. Butuh proses dan kesiapan bagi seorang ibu menerima kehadiran anak yang termasuk ABK. Mulai dari penolakan, kemarahan, tawar-menawar, depresi, hingga pada tahap ikhlas untuk menerima kondisi buah hatinya.

Oleh karenanya, dibutuhkan resiliensi atau ketahanan. Mengutip pendapat Cooper (2013) menyatakan bahwa resiliensi adalah kemampuan untuk bangkit kembali dari suatu kemunduran dan tetap tangguh menghadapi tuntutan dan keadaan yang sulit termasuk didalamnya kemampuan bertahan yang didapat dari hasil mengatasi suatu peristiwa menantang atau penuh tekanan. Lebih lanjut Ibu Novi Qonitatin menjelaskan faktor yang mempengaruhi resilensi yakni: I have factor yakni individu menyadari akan adanya dukungan eksternal dari lingkungan; I am factor ialah kekuatan yang berasal dari dalam diri seperti perasaan, sikap dan keyakinan yang terdapat dalam diri seseorang; I can factor adalah kompetensi sosial dan kemampuan dalam memecahkan masalah yang dihadapi.

Dilanjutkan dengan narasumber ketiga yakni Bapak Dian Linggar Prasetyo, S.Tr. Kes. yang mengajak peserta untuk melakukan senam otak untuk belajar fokus dan sekaligus mengasah otak kanan dan otak kiri.

Pada acara talkshow tersebut dihadirkan pula Ibu Eko Widyastuti, S.E. sebagai narasumber keempat yang berbagi pengalaman bersama putranya yakni Ananda Farhan Fadhillah, S.Gz. Ibu Eko Widyastuti adalah salah seorang ibu yang berhasil mendidik Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) yakni Farhan Fadhillah yang berhasil menyandang gelar sarjana gizi (S.Gz.). “Tidak mudah bagi orang tua menerima kekurangan pada anak, pasti semua orang tua mengharapkan melahirkan anak yang sehat dan normal”, ungkap Ibu Eko. “Namun sebagai seorang ibu kita harus berusaha tangguh dan menerima kekurangan anak kita”, lanjutnya. “Tentunya seorang ibu tidak mampu berjuang sendiri, dukungan keluarga, masyarakat yang mau menerima kehadiran Anak Berkebutuhan Khusus (ABK), dan kemampuan membangun kepercayaan diri pada Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) membantu membentuk resiliensi, menjadi ibu yang tangguh”, ucapnya. Farhan Fadhillah adalah Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) yang baru saja diwisuda dari program studi ilmu gizi Universitas Diponegoro dengan banyak prestasi yang bercita-cita menjadi dosen.

Menjadi narasumber kelima, Farhan Fadhillah, S.Gz. menitipkan pesan kepada ibu-ibu semua untuk tidak menyia-nyiakan Anak Berkebutuhan Khusus (ABK). “Sayangi dan cintai kami dan anak-anak berkebutuhan khusus lainnya seperti menyayangi anak-anak yang beruntung lahir menjadi anak yang normal”, pinta Farhan. Karena kasih sayang dan perhatian orang tualah yang membuat dirinya berhasil lulus S1 prodi Ilmu Gizi Undip dengan banyak prestasi. Saat ini Farhan bermaksud melanjutkan studi ke jenjang berikutnya yakni S2 (magister) untuk mewujudkan cita-citanya menjadi dosen. Farhan juga sempat bercerita, dirinya pernah mengalami perundungan (bullying). Untuk itu, dia berharap lingkungan turut bersikap ramah dan tidak melakulan bullying pada anak anak yang berkebutuhan khusus.

Dalam acara talkshow tersebut panitia penyelenggara memberikan kejutan dengan menghadirkan putra-putri beserta menantu dan cucu Ibu Asih Budiastuti, S.H., C.N. selaku Ketua Dharma Wanita Persatuan (DWP) Universitas Diponegoro yang berkenan menjadi moderator acara talkshow. Kehangatan dan keharmonisan keluarga beliau menjadi teladan bagi keluarga Undip.

Sebelumnya Dharma Wanita Persatuan (DWP) Undip telah melaksanakan kegiatan sosial sebagai wujud kepedulian dengan memberikan bantuan kepada korban banjir di daerah Meteseh.(Ut-Humas)

Share this :

Kategori

Arsip

Berita Terkait