, ,

Pemikiran 3 Guru Besar Undip Pakar Biologi, Teknik Industri, dan Ekonomi

Undip kembali mengukuhkan tiga guru besar pada Rabu, 6 Desember 2023 di Gedung Prof. Soedarto, S.H., Tembalang pada Upacara Pengukuhan sebagai Guru Besar Universitas Diponegoro. Para dosen yang dikukuhkan sebagai guru besar yaitu guru besar pakar Biologi Prof. Dr. Dra. Endang Kusdiyantini, D.E.A. (Fakultas Sains dan Matematika), guru besar pakar Teknik Industri Prof. Dr. rer. oec. Arfan Bakhtiar, S.T., M.T. (Fakultas Teknik), dan guru besar Pakar Ekonomi Prof. Firmansyah, S.E., M.Si., Ph.D. (Fakultas Ekonomika dan Bisnis).

Dalam paparan ilmiahnya yang berjudul “Kontribusi Pigmen Karotenoid Mikroba Untuk Inovasi Sediaan Bahan Kimia Hayati”, Prof. Dr. Dra. Endang Kusdiyantini, D.E.A. menjelaskan bahwa penggunaan β-karoten sebagai pewarna karotenoid mengandung pigmen alami non- toksik sehingga banyak digunakan dalam industri kesehatan, pangan, dan kosmetik. Permintaan akan karotenoid alami terus meningkat, dan kendala yang dihadapi antara lain mahalnya proses produksi, ekstraksi dan tidak stabilnya pewarna alami dalam proses pengolahan pangan/industri lain, serta keterbatasan sumber daya pewarna alami.

Karena itu, kajian terhadap sumber karotenoid, cara produksi dan aplikasinya terus dilakukan. Prof. Endang bersama tim di Laboratorium Bioteknologi, Departemen Biologi FSM Undip fokus pada isolasi mikroba penghasil pigmen dari lingkungan, di antaranya Serratia marcescens, Rhodococcus sp., Monascus purpureus, Rhodosporidium paludigenum dan Phaffia rhodozyma melalui teknologi fermentasi. “Perkembangan pigmen merupakan tantangan tersendiri, terutama terkait dengan industri pangan yang mana harus sesuai dengan aroma, rasa, keamanan, dan nilai nutrisi,” jelas guru besar FSM Undip tersebut.

Sementara Prof. Dr. rer. oec. Arfan Bakhtiar, S.T., M.T. menguraikan paparan ilmiah “Strategi Peningkatan Kualitas Produk Melalui Penguatan Peran Infrastruktur Kualitas Nasional.” National Quality Infrastructure (NQI) atau Infrastruktur Kualitas Nasional mencakup standarisasi, pengukuran, pengujian, sertifikasi, dan pengawasan produk dan layanan. “Jaminan kualitas produk menjadi salah satu keunggulan kompetitif yang tentunya upaya ini harus terus dilakukan. Peningkatan Infrastruktur Kualitas Nasional perlu dilakukan melalui sinergi semua stakeholder dan dukungan pemerintah,” ungkapnya.

Infrastruktur Kualitas Nasional memiliki 3 pilar yaitu standarisasi, metrologi, dan penilaian kesesuaian. Prof. Arfan menyebutkan, “Tujuh strategi yang bisa dilakukan untuk meningkatkan kualitas Infrastruktur Kualitas Nasional adalah (1) Pengembangan dan Pemantapan Standard, (2) Peningkatan Kesadaran dan Pendidikan, (3) Peningkatan Kapabilitas dan Kompetensi, (4) Peningkatan Keterlibatan Pihak-Pihak Terkait, (5) Peningkatan Kerjasama Internasional, (6) Peningkatan Pengawasan dan Penegakan Hukum, dan (7) Penyediaan Akses dan Layanan yang Mudah.”

Adapun Guru besar pakar Ekonomi Undip, Prof. Firmansyah, S.E., M.Si., Ph.D. mempresentasikan “Analisis Kuantitatif dalam Studi Ekonomi: Implikasi dan Tantangan bagi Teori Ekonomi.” Di era ekonomi modern yang dinamis, tantangan kompleks membutuhkan pemahaman mendalam dan alat analisis kuantitatif canggih sehingga alat analisis menjadi kunci untuk memahami dinamika ekonomi saat ini dan masa depan. Teori ekonomi tetap menjadi landasan penting dalam merumuskan hipotesis, meramalkan efek kebijakan, dan membuat kebijakan yang berkualitas. Pendekatan terintegrasi yang menggabungkan teori ekonomi yang solid dengan teknik analisis kuantitatif canggih menjadi sangat krusial.

“Beberapa alasan teori ekonomi penting dalam pengembangan alat analisis kuantitatif yaitu panduan konseptual, hipotesis yang dapat diuji, validasi model, mengatasi ketidakpastian, generalisasi temuan, pengembangan konsep baru, dan dasar untuk kebijakan. Adapun tantangan yang mungkin dihadapi dalam mengintegrasikan teori dan metode kuantitatif adalah kesenjangan konseptual, asumsi yang tidak selalu terpenuhi, pengukuran konsep abstrak, kekurangan inovasi metodologi, memodelkan ketidakpastian, dan perbedaan paradigma,” terang Prof. Firmansyah. (Titis-Public Relations)

Share this :

Category

Arsip

Related News