, ,

Prof. Dr. Ing. Ir. Gagoek Hardiman Bicara Strategi Penataan Udara Bagi Kesehatan dan Kenyamanan Ruang

Gelaran Sidang Terbuka Purna Adi Cendekia UNDIP (03/04) berikan penghargaan dan penghormatan atas pengabdian, sumbangsih dan dedikasi Prof. Dr. Ing. Ir. Gagoek Hardiman pakar Fisika Bangunan pada Departemen Teknik Arsitektur Fakultas Teknik. Acara yang terlaksana di Gedung Prof. Soedarto, S.H., Kampus Undip Tembalang, Prof. Gagoek saat sesi orasi menyebutkan bahwa mengeluti permasalahan ventilasi dan pengkondisian udara, ada beberapa hal-hal pokok yang sebaiknya diketahui untuk menciptakan desain ventilasi bangunan yang baik.

Bermula ketika pandemi COVID-19, merupakan peristiwa penyebaran penyakit melalui udara yang terjadi di seluruh negara di dunia. Penyakit dengan penyebaran melalui udara merupakan jenis penyakit yang mudah dan efektif menularkan virus serta cepat meluas.

“Hal ini juga tidak lepas dari keberadaan kita yang lebih banyak tinggal di dalam gedung atau ruang tertutup. Lebih dari 80% kehidupan manusia dihabiskan di bawah atap. Situasi ini menjadikan bertambahnya potensi peningkatan efektifitas penyebaran penyakit, jika desain ventilasi bangunan tidak memadahi atau tidak mengalir dengan baik. Kondisi desain ventilasi bangunan yang buruk dapat menjadi Building-Related Illnesses (BRI), istilah yang mendekripsikan bangunan yang berpotensi membantu menimbulkan penyakit bagi penghuninya. Dalam hal ini, faktor ventilasi merupakan salah satu faktor desain yang penting untuk diperhatikan oleh siapa saja, terutama tentunya arsitek yang merancang bangunan”, papar Prof. Gagoek.

“Untuk mencapai kondisi ruang yang sehat dan nyaman, ada syarat atau standar kualitas udara yang harus dipenuhi. Standar yang paling umum atau mudah dikenali adalah berhubungan dengan temperatur dan kelembaban udara,” lanjutnya.

Berbicara tentang perkembangan teknologi ventilasi juga tidak lepas dari kemajuan teknologi digital yang salah duanya adalah berbicara tentang Building Information Model (BIM) dan Building Management System (BMS).

“BIM merupakan sebuah metodologi yang mengintegrasikan berbagai informasi terkait bangunan secara digital, mulai dari data geometri, informasi konstruksi, data operasional, hingga informasi manajemen dan pemeliharaan, secara menyeluruh dalam industri konstruksi dan arsitektur. Informasi tersebut tersimpan dalam metadata gambar atau model yang dibuat dengan alat bantu desain atau CAD baik yang 2D maupun 3D yang akan digunakan untuk koordinasi, kolaborasi, dan meningkatkan efisiensi dan efektivitas kerja seluruh stakeholder yang terlibat dalam proyek tersebut. BIM memungkinkan seluruh pelaku proyek dapat membuat, mengelola, dan mengekstrak informasi yang andal, terintegrasi, dan konsisten mengenai seluruh siklus hidup bangunan,” ucap Prof. Gagoek.

Terlebih lagi, apabila sistem data kemudian dikelola dengan building management system (BMS) yang merupakan sistem pengelolaan fasilitas dan utilitas bangunan secara digital. BMS akan berfungsi sebagai sistem monitori kinerja ventilasi secara realtime dan akurat sehingga segala perubahan yang sekiranya dapat menurunkan kinerja ventilasi dapat langsung diketahui atau dikendali dengan sistem aktuator yang diimplementasi dalam sistem BMS ini.

“Dalam posisi ini, BMS masih dapat ditingkat lagi kinerjanya secara pintar dengan mengadopsi teknologi artificial intelligent (AI) untuk melakukan tindakan monitoring dan controling kinerja sistim ventilasi secara otomatis yang akan meningkatkan efektifitas dan efisiensinya. Skema teknologi ini telah mulai banyak diadopsi pada gedung yang kritis ventilasi seperti rumah sakit”, pungkas Prof. Gagoek pada akhir pemaparannya. (DHW-Humas)

Share this :

Kategori

Arsip

Berita Terkait