SEMARANG – Karir seseorang dipengaruhi oleh lingkungan tempat dia berada, karena itu seorang pemimpin perlu membangun lingkungan kerja yang baik agar menjadi energi positif. Salah satu poin penting yang diberikan lingkungan adalah adanya sosok role model (panutan).

Demikian beberapa poin penting yang dicatat dari kegiatan “Academic Career Strategies: Evidence-based Practices and Personal Experiences Webinar” yang dihelat Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro (UNDIP), sebagai rangkaian dari Leadership and Career Development Webinar Series, Jumat (8/10/2021).

Wakil Dekan Bidang Akademik dan Kemahasiswaan Fakultas Psikologi Undip, Dr. Phil. Dian Veronika Sakti Kaloeti, S.Psi., M.Psi.; saat memberikan sambutan pada pembukaan acara mengatakan, kegiatan hasil kerja sama Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro dan Center for Career and Capacity Development Studies (CAREERS) dilakukan untuk mendukung “The 2nd Visiting World Class Professor Program, WCU UNDIP 2021” sekaligus memperingati Dies Natalis ke-64 Undip.

Dia Veronika menegaskan kegiatan tersebut juga dimaksudkan mendukung implementasi SDGs nomor 4 (Quality Education) dan 17 (Partnership for the Goals). Selain itu, juga diharapkan menjadi ajang latihan komunikasi dalam forum internaisonal bagi para mahasiswa S1 dan S2 di Fakultas Psikologi Undip.

Hadir sebagai narasumber Prof. Sen Sendjaya, Ph.D  yang merupakan Professor Leadership di Swinburne University of Technology Australia; dan  Dekan Fakultas Psikologi Undip, Prof. Dian Ratna Sawitri S.Psi., M.Si., Ph.D. Bertindak sebagai moderator Dr Novi Qonitatin, S.Psi., MA.

Prof Sendjaya membawakan paparan berjudul “Strategi Karir: Praktik Berbasis Bukti dan Pengalaman Pribadi”. Dia mengatakan dalam memikirkan karirnya, seseorang biasanya mendasarkan pada pengalaman sehari-hari. Kemudian, apakah yang bersangkutan menyukai kariernya atau tidak, akan diperngaruhi oleh lingkungan tempat kerjanya,

Karena itu dia mengingatkan, dalam hal ini peran pemimpin  sangat penting untuk memperhatikan aspirasi dan kebutuhan anak buahnya agar lingkungan kerjanya produktif. “Pemimpin yang seperti itu akan lebih baik. Karena memberikan energi positif bagi anak buahnya untuk selalu belajar hal baru,” jelasnya.

Pemimpin yang baik yang komit mendorong kualitas dan produktivitas di lingkungannya, selain diharapkan suportnya, juga perlu memberikan pencerahan kepada staf, membantu kesulitan yang dihadapi dengan arahan yang bisa dijadikan pedoman.

Menurutnya, saat ini banyak orang yang bekerja secara monoton. Dicontohkan dosen yang mengisi aktivitasnya dengan mengajar, persiapan mengajar. menulis paper, mengerjakan admin, sehingga seringkali mereka berpikir, “Ngapain saya harus begini, begitu”.

Sendjaya mengungkapkan pengalamannya saat menjadi dosen baru. ‘’Waktu saya melihat untuk membaca essai yang topiknya sama yang ditulis ratusan student, maka saya harus tetap enjoy. Hal itu yang ditularkan oleh pimpinan saya di kampus,” dia mengungkapkan pengalamannya.

Yang penting diperhatikan, jika pimpinan memberi dampingan yang baik, maka akan mendorong anak buahnya untuk mencintai pekerjannya. ‘’Saya ingat bagaimana pimpinan menyuruh saya memberi komentar yang baik pada tulisan mahasiswa agar menjadikan semangat buat mereka, demi masa depan mereka. Maka, pemimpin harus memberi motivasi yang baik pada anak buahnya.”

Hal lain yang diungkapkannya adalah mempertanyakan pada diri sendiri tentang cita-citanya. Apakah Anda seorang akademisi atau bercita-cita menjadi seorang akademisi? “Jika saya, sejak masih kuliah ingin menjadi akademisi, karena ingin membuat sesuatu yang berbeda dan mengabdikan ilmu,’’ katanya.

Karena itu, pengembangan karir akademiknya melaju dengan tetap mengacu pada proses bekerja dalam penelitian, pengajaran, administrasi. Bagaimanapun seorang dosen dalam pengembangan karirnya selain harus mengajar dan melakukan penelitian, juga harus tertib mengadministrasikan proses.

Sementara itu Dekan Fakultas Psikologi Undip, Prof Dian Ratna Sawitri PhD, mengatakan karir dipengaruhi oleh lingkungan tempat kerja, kemampuan membuat jejaring, serta cara berkomunikasi. Ketiga faktor itu akan memberikan kontribusi signifikan bagi seseorang dalam mengembangkan karier dan menunjang cita-cita.

Prof Dian mencontohkan dirinya, yang banyak berkomunikasi dengan sejumlah peneliti dan penulis jurnal. ‘’Saya punya kebiasaan untuk mencari dari orang aslinya (penulis, red). Sehingga bisa memberikan inspirasi yang menarik. Lingkungan seperti apa yang mendorong seseorang melakukan riset, sangat berpengaruh,’’ jelasnya.

Seorang dosen muda, sudah seharusnya mempunyai role model, yakni dosen senior yang bisa menjadi panutan dalam menunjang kariernya. ‘’Adanya role model penting bagi junior, karya senior bisa jadi masukan. Dosen selain mengajar juga harus melakukan pengabdian masyarakat dan melakukan riset. Harus seimbang. Orang yang masuk ke dunia akademik harus tahu, sehingga tahu jenjang-jenjang kariernya.”

Menurutnya, ketika awal menjadi dosen baru harus bisa menempatkan diri dan tahu sistem kariernya seperti apa, sehingga bisa mengembangkan ide-idenya. ‘’Begitu juga bisa melakukan riset,’’ kata Sawitri.

Dalam pengamatannya, secara umum bagaimana seorang memiliki cita-cita untuk masa depannya terbentuk karena faktor dari dalam dan juga lingkungan untuk bahan masukan. ‘’Misalnya, ketika seseorang sudah memilih cita-cita, maka harus berpikir dengan mengkajinya, apakah itu cukup baik untuk dirinya. Kalau punya cita-cita, kembali ke diri sendiri, yakni ada harapan baik ke depan yang cocok dengan life style-nya. Maka perlahan seiring waktu harus bisa mencari kecocokan dengan dirinya,” tukasnya. (tim humas)

Share this :