Stres merupakan masalah umum yang dapat dialami oleh siapa saja, mulai dari tingkat anak-anak hingga dewasa. Gejala ini terjadi akibat adanya sebuah tekanan psikologis maupun fisik yang bereaksi ketika menghadapi situasi yang dianggap berbahaya. Dampak yang timbul dari stres bermacam mulai dari memengaruhi masalah konsentrasi, gangguan tidur, depresi, hingga gangguan fisik seperti permasalahan jantung, mual, sakit leher dan punggung. Pada tahun 2018, prevalensi gangguan kejiwaan di Indonesia dengan penduduk usia 15 tahun ke atas mengalami peningkatan 6% menjadi 9,8% dari total masyarakat Indonesia. Masalah ini tentu perlu mendapat perhatian khusus dari seluruh pihak dan lapisan masyarakat.

Upaya penurunan angka stres individu terus diupayakan, seperti melakukan rekreasi, relaksasi, dan bahkan perlunya untuk menggungkapkan isi hati. Namun demikian di masa pandemi saat ini pembatasan bertemu dengan orang lain dan banyaknya penutupan sarana rekreasi membuat seseorang perlu memiliki cara kreatif dalam upaya menurunkan stres yang dapat dilakukan di rumah masing-masing, salah satunya yaitu manajemen stres menggunakan terapi seni lukis. Tujuan terapi seni lukis sendiri bukan hanya untuk menghasilkan bentuk bernilai seni, tetapi lebih mengutamakan kebebasan berkomunikasi dan mengekspresikan perasaan seseorang. Saat ini terapi seni lukis banyak dimanfaatkan sebagai media untuk menyelesaikan konflik emosional dalam menangani kasus ansietas (kecemasan), trauma, skizofrenia, maupun kasus-kasus psikologis lain.

Pewarnaan pada terapi seni lukis dapat menggunakan berbagai media, seperti halnya yang sering digunakan yaitu cat air.  Cat air terbuat dari pigmen yang dicampur dengan gom arabic, aditif, dan pengawet. Hal ini berkaitan erat dengan karakteristik limbah tulang ayam yang seringkali dimanfaatkan sebagai pakan ternak dalam bentuk serbuk. Tulang ayam memiliki warna dasar putih kekuningan akibat proses mineralisasi ketika pembentukannya. Warna putih merupakan salah satu golongan warna netral sehingga mudah dicampur dengan warna lain tanpa mengubah tingkat kepekatan warna. Selain itu, tulang ayam normal memiliki kandungan kolagen sebanyak 15,8 – 32,8 % dan memiliki sifat pelekat. Sifat pelekat inilah yang dapat dimanfaatkan dengan hal yang lebih bermanfaat seperti cat air. Ditambah lagi jumlah limbah tulang ayam di Indonesia yang sangat besar yakni mencapai 336,18 kg per kapita membuat peluang pengelolaan limbah ini menjadi barang yang lebih bernilai.

Berdasarkan uraian fenomena yang muncul tersebut, beberapa mahasiswa Universitas Diponegoro (UNDIP) tergerak untuk berinovasi memanfaatkan potensi kelebihan tulang ayam dengan menjadikannya sebagai bahan dasar pembuatan cat air alami. Dibawah bimbingan dosen keperawatan yang menggeluti bidang kewirausahaan Ns. Niken Safitri Dyan K, S.Kep., MSi.Med; lima mahasiswa Undip yakni Idha Arsila (FK), Apriliana Widiastuti (FK), Alina Maftucha (FEB), Nur Laili Saroya (FK), dan Taufik Pradipta (FK) membuat cat air alami berbahan dasar limbah tulang ayam dengan nama produk “Kennes”. Ide ini bahkan mendapat pengakuan sebagai karya terpilih lolos pendanaan hibah dalam ajang Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (PIMNAS) 34 tahun 2021.

Cat air yang ada dipasaran masih banyak yang menggunakan bahan kimia yang tentunya memiliki efek samping tersendiri apabila digunakan secara sembarangan. Selain itu masih minimnya pemanfaatan bahan organik untuk produksi cat air membuat pembeda pada produk Kennes ini. Produk Kennes terbuat dari bahan sederhana yang terdiri dari tepung tulang ayam dan bahan campuran tambahan seperti soda kue, cuka, sirup jagung, tepung maizena, natrium benzoate, dan pewarna makanan. Ditinjau dari bahan utama pembuatan, cat air yang terbuat dari bahan alami tepung tulang ayam tentu lebih aman bagi kesehatan dan ramah lingkungan. Cat air ini tidak menggunakan bahan pigment dan extender dari minyak bumi yang biasanya ada dalam produk cat air pada umumnya. Oleh karena itu, cat air ini aman jika sampai tertelan ataupun mengenai bagian kulit yang sensitif pada tubuh pengguna.

Pemaparan dari platform Instagram Kennes, Idha Arsila selaku ketua tim menjelaskan bahwa proses produksi cat air dari tulang ayam diawali dengan melakukan studi literatur untuk menemukan dasar atau sumber yang valid mengenai limbah tulang ayam serta pemanfaatannya sebagai salah satu metode koping stres. Kemudian dilanjutkan proses pembuatan cat air yang secara rinci terbagi menjadi lima tahapan yakni pra-produksi, pembuatan tepung tulang ayam, rangkaian proses produksi cat air, pengemasan produk, dan publikasi serta pemasaran produk.

Tim Idha Arsila memberikan harga pada produk Kennes sebesar Rp 25.000,00 per pcs. Harga ini diharapkan mampu bersaing dengan produk cat air lain seperti Titi dan Giotto yang rata-rata harganya Rp 30.000,00. Sedangkan sasaran utama penjualan produk ini yaitu pada anak-anak dan remaja yang memiliki ketertarikan dengan menggambar sebagai media mengatasi kebosanan selama masa pandemi. Apabila ingin membeli produk Kennes dapat menggunjungi akun Instagramnya yang bernama @Kennesbonescolour.

Tentunya tidak perlu diragukan lagi, produk ini dapat menjadi solusi dan inovasi baru bagi masyarakat Indonesia sebagai produk karya anak bangsa yang membanggakan. Pemanfaatan limbah menjadi barang yang lebih berharga merupakan peluang bisnis yang menggiyurkan karena masih minimnya para produsen melirik ranah ini sehingga diharapkan produk ini terus berkembang dan mampu bersaing baik di tingkat nasional maupun internasional.

penulis : Apriliana Widiastuti
Fakultas/Jurusan : Kedokteran/Keperawatan
Angkatan : 2018

Share this :